-->








Meski Uzur, Pak Sanadi Tak Pernah Mengeluh di Tengah Kemiskinan

27 Desember, 2016, 23.00 WIB Last Updated 2016-12-29T16:33:15Z
PAK Sanadi  yang hidup sebatangkara berjuang dan berusaha menaklukan pahitnya kehidupan sangat menginspirasi  dan patut kita acungi jempol. Perjuangan dan semangat selama 50 tahun tertanam dalam tekadnya yang tidak pernah menyerah. Bahu ringkihnya masih saja beliau gunakan untuk mengais rezeki demi memenuhi kebutuhannya tanpa mengeluh sedikitpun. Meski ada tetangga, namun beliau tidak mau merepotkan beliau tidak menyerah dengan keadaan.

Pak Sanadi yang akrab disapa Pak Di ini lahir pada tahun 1918 yang sekarang tinggal di Desa Jedong Kecamatan Wagir Malang. Beliau tidak memiliki buah hati dan semenjak istri tercinta tidak lagi menemani karena lebih dahulu dipanggil yang Maha Kuasa, hanya setumpuk kayu yang setia menjadi teman Pak Sanadi. Kakek berusia 98 tahun yang setiap harinya memikul kayu dengan rapuhnya umur tidak pernah menyalahkan keadaan, beliau tetap semangat dan yakin rezeki sudah ada yang mengatur.
           
Sempat menitihkan air mata mendengar beliau mengucapkan kalimat bijak tersebut, sangat menyayat hati karena kebanyakan dari kita mengeluhkan keadaan dan kurang bersyukur. Pak Sanadi yang setiap hari menjual kayu di bibir jalan raya itu meski jarang terjual tetap menekuni seolah-olah memiliki harapan besar yang tersirat dalam angannya. Meski banyak yang iba dengan beliau, beliau tetap saja semangat dan berusaha tidak pasrah dengan keadaan.
      
Setiap hari beliau memikul kayu dari rumah menuju tempat untuk menyandarkan kayu di bibir jalan itu. Nafasnya terengah-engah dan tetesan keringat membasahi raut mukanya yang sudah sangat tua. Duduk setiap hari di bibir jalan sambil menanti pembeli yang datang, namun sampai berminggu-minggu kayu yang dibawa pak Sanadi itu tidak laku. Meski tidak laku, beliau tidak pernah bingung dengan rezeki karena beliau yakin rezeki pasti datang untuk semua makhluk yang ada di muka bumi.
            
Beliau sangat senang jika ada seseorang yang menghampiri dan mengajak ngobrol seolah-olah beliau memiliki teman baru yang hadir nuntuk beliau. Beliau sering cerita tentang kehidupan perih dari masa lalu sampai saat ini, namun beliau terus saja berusaha. Orang yang iba kepada beliau biasanya menghampiri dan membelikannya makanan, terkadang memberikan sedikit uang. Syukur jika kayu tidak laku pemberian dari orang-orang berhati malaikat dapat menyambung  makan sehari-hari beliau.

Kehidupan Pak Sanadi sudah sepantasnya kita jadikan pembelajaran hidup, tidak pernah mempermasalahkan rezeki dan selalu bersyukur adalah modal dan tekat awal menjalani kehidupan. Terkadang kita memandang bahwa orang-orang seperti Pak Sanadi seolah-olah rendah dimata kita, namun salah jika kita memaknai seperti itu. Terkadang dari hal seperti itulah kita akan mendapat arti pentingnya dan berharganya sebuah keinginan tanpa diukur dari segi apapun. Semangat yang tidak pernah rapuh meski usia seakan-akan membatasi, usia bukan alasan karena kegigihanlah yang mampu membayarnya.[TM]
Komentar

Tampilkan

Terkini