-->








Mantan Polisi Militer GAM Wilayah Lhok Tapaktuan Kritik Pemimpin 'Bohong'

11 Februari, 2017, 08.55 WIB Last Updated 2017-02-22T13:12:59Z
ABDYA - Mantan Polisi Militer GAM Wilayah Lhok Tapaktuan mengkritik seorang pemimpin yang kinerjanya tidak bisa dipercaya rakyat apalagi suka berbohong dan membodohi anggota.

Hal tersebut disampaikan Teuku Heru Zulfikar didampingi Mantan Wapangda III Kluet Raya, Bang Joni, saat diwawancarai LintasAtjeh.com disela-sela kampanye dialogis Calon Gubernur Aceh nomor urut 6, Irwandi Yusuf, Jum'at (10/02/2017), di lapangan bola kaki Guhang, Blangpidie.
Kenapa, kata Heru, karena saya liat dalam daftar riwayat hidup serta visi misi kandidat Calon Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang beredar sepertinya ada pembohongan publik. Dimana dalam catatan riwayat hidup itu tertulis, Muzakir Manaf menjabat sebagai Panglima Perang Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 1985 tepat satu tahun setelah Muzakir Manaf selesai menamatkan sekolah di SMUS Pase Sejaya Panton Labu 1981-1984.

"Setahu saya, kami selama sama-sama menjadi GAM ketika tahun 2002 Panglimanya adalah Abdullah Syafi'i. Setelah beliau Syahid baru digantikan oleh Muzakir Manaf," terangnya.

Jadi, kata Heru, kalau memang ada pemalsuan data sangat disayangkan. Bagaimana akan menjadi seorang pemimpin yang amanah kalau dari daftar riwayat hidup saja sudah bohong?

"Bagaimana kinerjanya nanti? Pasti akan lebih bohong dan tidak bisa dipercaya rakyat," ketusnya.

Lanjut dia, apalagi dengan mencuatnya dugaan korupsi dana kombatan GAM 650 milyar. Sangat memprihatinkan, ada pemimpin yang menjual nama mantan kombatan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.

"Sebenarnya kita sebagai anggota kombatan tidak mempermasalahkan itu. Tapi kita kecewa ada yang menjual atas nama perjuangan GAM untuk keuntungan pribadi. Kalau memang kaya kenapa tidak beli durian tapi jangan menjual nama GAM," sindirnya pedas.

Kemudian hanya karena menuruti nafsu Pilkada, sambung Heru, ada juga kandidat yang bersemangat menebar ancaman kepada rakyat apabila kalah dalam pemilihan maka Aceh akan terjadi pertumpahan darah.

"Kalau terjadi pertumpahan darah, siapa yang akan berperang? Sedangkan orang yang berjuang kami, kami sudah nggak sama mereka lagi. Siapa yang mau berperang, nggak mungkin berperang? Rakyat sudah tahu bagaimana kinerja-kinerja mereka selama ini, hanya mampu membodohi anggota dan rakyat," bebernya lugas.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini