-->

Petani Keluhkan Program Pompanisasi Kabupaten Bireuen Terbengkalai

15 Maret, 2017, 22.27 WIB Last Updated 2017-03-22T15:08:02Z
BIREUEN - Program pembangunan pompanisasi milik Pemda Bireuen yang ada di Desa Krung Baroe, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara yang akan dialirkan ke empat desa di Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen terbengkalai dan tidak berfungsi sama sekali.

Sehingga membuat kurangnya air untuk persawahaan masyarakat di Desa Tanjong Raya, Moen Jeureujak, Paya Kareung dan Paya Seupat, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen kering total.

Abdullah, salah satu petani sangat kecewa dengan tidak berfungsinya pompa air yang ada di Desa Krung Baroe, Kecamatan Sawang yang gagal total tidak berfungsi sama sekali.

"Masyarakat di empat desa di Kecamatan Gandapura yang ingin menanam padi terancam gagal," ujarnya ke LintasAtjeh.com, Rabu (15/03/2017).

Selanjutnya, kata Abdullah, sangat mengharapkan kepada dinas terkait di Pemda Bireuen untuk meninjau ke lokasi letaknya pompa air di pinggiran Krung Sawang guna untuk difungsikan. Biar airnya bisa dialirkan ke ratusan hektare sawah yang ada.

"Masyarakat tidak harus menunggu musim hujan setahun sekali untuk nembajak dan menanam padi. Kami sangat kecewa atas kerja Pemerintah Bireuen yang membiarkan pompa air yang ada di Desa Krung Baroe terbengkalai tanpa ada tinjauan yang serius. Sehingga membuat sawah-sawah di desa kami kering dan tidak ada air sama sekali," tuturnya.

Sementara itu, Muliadi juga salah satu Tokoh Masyarakat Desa Tanjong Raya mengharapkan kepada dinas terkait untuk segera meninjau pompa air yang sudah cukup lama terbengkalai. Karena sangat beda dengan pompa air milik Pemda Aceh Utara yang selalu berfungsi serta ada operatornya.

"Kami minta kepada dinas terkait untuk tidak lepas tangan dengan masalah pembangun pompa air yang gagal difungsikan itu. Karena bisa membuat kerugian yang besar bagi petani-petani yang ada di empat desa ini," harapnya.

"Sampai saat ini, masyarakat yang ingin menanam padi harus membuat kolam untuk penampungan air yang akan dialirkan kesawahnya masing-masing. Dengan kurangnya mata air membuat masyarakat harus menanam padi setahun sekali bukan setahun dua kali," tutupnya.[DEDI]
Komentar

Tampilkan

Terkini