Almarhum Ustadz Dina |
LANGSA - Warga Muhammadiyah dipimpin oleh Bustami, SH, MA, Ketua PD Muhammadiyah Kota Langsa, melakukan takziah ke rumah keluarga almarhum Ustadz Muhammad Dina di Gampong Paya Bujok Tunong, Kecamatan Langsa Baroe, Kota Langsa, Sabtu (08/04/2017) kemarin.
Ustadz Dina yang meninggal dunia pada hari Jumat siang tanggal 7 April 2017, di Rumah Sakit Murni Teguh Medan, dikebumikan di pemakaman umum Gampong Paya Bujok Tunong, Kecamatan Langsa Baroe, Kota Langsa pada Jumat sore.
Meninggalnya Ustadz Dina yang merupakan juga ayah mertua dari Bapak Zulkarnaen, S.Ag, warga Muhammadiyah membuat banyak pihak merasa kehilangan lantaran semasa hidupnya beliau dikenal sebagai da' kharismatik yang bijak dan menyejukkan dalam setiap ceramahnya. Keluarga besar Muhammadiyah ikut berduka cita atas meninggalnya almarhum.
"Hadirin dan hadirat jamaah takziah yang dimuliakan Allah. Meninggalnya Ustadz Dina merupakan kehilangan yang kedua bagi warga Langsa, sebelumnya hari Sabtu, 1 April 2017, kita juga telah kehilangan seorang ulama yaitu Tgk. H. M. Hasan Kasem yang menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Langsa dan juga Pimpinan Dayah Darul Abrar Alue Beurawe," ucap Bustami.
Ada sekitar 60 orang keluarga besar Muhammadiyah yang ikut hadir, Ketua PD Muhammadiyah ini mengingatkan semua jamaah bahwa dicabutnya ilmu terjadi dengan diwafatkannya para ulama. Ada sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain".
Oleh karenanya, penting sekali kita mengantisipasi dengan menyiapkan generasi muda sebagai kader ulama masa akan datang. Kalau hal ini tidak kita antisipasi, maka suatu saat kelak kita tidak mempunyai lagi ulama.
Ada beberapa hikmah takziah, yaitu disamping pahala, juga terdapat kemaslahatan bagi kedua belah pihak seperti meringankan beban musibah yang diderita oleh orang yang dilayat, memotivasinya untuk terus bersabar menghadapi musibah, dan berharap pahala dari Allah Ta’ala.
Kemudian, memotivasinya untuk ridha dengan ketentuan atau qadar Allah Ta’ala, dan menyerahkannya kepada Allah, mendo’akannya agar musibah tersebut diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Melarangnya dari berbuat niyahah (meratap), memukul, atau merobek pakaian, dan lain sebagainya akibat musibah yang menimpanya dan mendo’akan mayit dengan kebaikan.
Mengakhiri kata-kata takziah, Bustami menasehati keluarga untuk tabah menghadapi cobaan ini, semua kita pada waktunya akan kembali kepada Allah. Hari ini almarhum yang dipanggil Allah dan mungkin besok atau lusa diantara kita para jamaah juga bisa saja dipanggil menghadap illahi.
"Yang penting selagi masih hidup, mari kita menyiapkan bekal untuk menuju akhirat," tutupnya.[Red]