-->








Dinas Pendidikan Atam Gelar Seminar Kajian Arkeologis Sejarah Pasukan Majapahit

07 September, 2017, 18.31 WIB Last Updated 2017-09-07T11:31:49Z
ACEH TAMIANG - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang (Atam) menggelar seminar sehari 'Kajian Arkeologis Sejarah Pasukan Majapahit' Kampung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, di Aula Gedung SKB, Karang Baru, Aceh Tamiang, Rabu (06/09/2017).

Peserta yang menghadiri seminar tersebut sekitar 100 orang, terdiri dari para dosen, guru sejarah, mahasiswa dan para siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Aceh Tamiang. Narasumber adalah seorang peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Utara Lucas Pertanda Koestoro dan moderator Tengku Muhammad Sahudra.

Pelaksana kegiatan, Elisa M.Pd, mengatakan, tujuan digelarnya seminar sehari 'Kajian Arkeologis Sejarah Pasukan Majapahit' Kampung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian arkeologis dan historis terkait cerita rakyat tentang serangan Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada di Kerajaan Tamiang.

Elisa turut menjelaskan, sebelum seminar ini digelar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Aceh Tamiang bekerja sama dengan Balai Arkeologi Sumatera Utara melakukan penelitian di Kampung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed selama sepuluh hari, yakni semenjak tanggal 21 s.d 30 Agustus 2017. Hasil penelitian tersebut dipaparkan pada seminar sehari 'Kajian Arkeologis Sejarah Pasukan Majapahit' Kampung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed.

Dia menambahkan, Tamiang pernah mencapai puncak kejayaan dibawah pimpinan Raja Muda Sedia yang memerintah pada tahun 1330-1336 (pendapat lain mengatakan 1330-1352). Disebutkan bahwa ketika itu wilayah Kerajaan Tamiang dibatasi Sungai Raya/Selat Malaka, di sebelah utara Besitang, di sebelah selatan Selat Malaka dan di sebelah timur Gunung Segama.

Lanjutnya, pada akhir masa pemerintahan Raja Muda Sedia diwarnai dengan cerita tentang serangan Kerajaan Majapahit terhadap Kerajaan Benua Tamiang. Setelah kondisi kerajaan kembali pulih, Muda Sedinu memegang tampuk pemerintahan dan mememindahkan pusat pemerintahan ke Pagar Alam, di Simpang Jernih.

"Muda Sedinu digantikan oleh Raja Po Malat (1369-1442), dan berikutnya adalah Raja Po Tunggal. Kemudian oleh Po Kandis (1454-1490), pusat kekuasaan dipindahkan ke Menanggini, yakni daerah Karang Baru," demikian terang Elisa M.Pd.[Zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini