BAGIAN dari sebabak drama politik dan hukum menjelang Pileg dan Pilpres 2019 sudah dimulai. Drama politik yang diproduksi dari Senayan sungguh telah berhasil merambah wilayah hukum hingga tak berdaya memberi perlawanan yang berarti, sekedar untuk tidak menyerah begitu saja secara telak dan memalukan.
Drama politik di negeri kita, Indonesia sesungguhnya telah lama menggeser dan menggusur pementasan maupun pertunjukan yang ada di gedung dan balai kesenian. Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta misalnya, sudah lama dijadikan seperti rumah singgah melepas lelah dan dahaga, atau menghirup kopi yang lumayan murah tapi tetap meriah suasananya.
Keberhasilan drama politik di Indonesia yang kini menggagahi panggung hukum dan pengadilan, agak telah menjadi prestasi sendiri untuk memuluskan jalan bagi koruptor berpesta pora kapanpun dia suka.
Begitulah realitas panggung budaya besar kita di Indonesia sekarang yang tengah berevolusi dengan mengubah semua tatanan dan aturan, baik tertulis semacam UUD 1945 maupun turunan lainnya yang semakin lemah dan loyo, seperti tidak berdaya.
Para aktor drama politik yang tengah menggagahi atau bahkan memperkosa semua tata aturan maupun pakem dalam berbangsa dan bernegara juga sukses menggeser telenovela yang pada waktu sebelumnya merajalela meracuni mental dan moral semua anak bangsa. Toh mereka yang terbilang tua pun tidak sedikut yang ikut tergila-gila menonton drama konvensional seperti itu, sehingga sempat dijadikan tontonan wajib, layak obat penawar sakit jiwa akibat beban hidup yang nyaris tidak mampu diatasi.
Drama politik dan hukum yang makin liar menjadi suguhan televisi di Indonesia sekarang ini sesungguhnya baru saja dimulai. Klimaknya tentu nanti saat Pileg dan Pilpres 2019.
Pada bagian awal drama politik dan hukum ini bisalah dipaham sekedar pemanasan belaka. Nanti pada saatnya kita akan lebih kaget, karena banyak adegan yang tidak terduga akan kita saksikan, atau lebih tepatnya mau dipertontonkan kepada kita agar terkesima dan takjub, untuk kemudian memberikan semua rasa simpati serta dukungan agar mereka memperoleh kembali kesempatan untuk mengelabui kita dengan licik dan culas.
Ketangguhan aktor politik mengelabui kita dengan trik dan beragam adegan yang diperankan, toh sudah kita tonton dan saksikan. Yang canggih dan memukau pasti akan kita saksikan kemudian. Karena itu tidak perlu kaget dan terpesona dengan semua tipu daya mereka berikutnya.
Setiap kita toh sudah memiliki pengalaman menjadi penonton yang baik, kritis serta tidak lagi gampang disihir oleh tipu daya mereka. Sebab pada akhirnya, semua resiko akan lebih banyak yang menjadi tanggung jawab kita. Utamanya pada kerusakan tata negara dan pemerintahan merupakakan bagian dari beban dan tanggungjawab kita sebagai anak bangsa Indonesia.
Intinya dari pementasan drama politik dan drama hukum yang brengsek itu, kita bisa memaki lebih banyak tentang keculasan dan kerakusan mereka yang tidak berujung itu, meski harta dan kekuasaan telah menumpuk tinggi sampai ke atap lumbung milik mereka yang ada dimana-mana.
Begitulah bagian dari drama panjang yang masih akan kita saksikan episode berikutnya. Bisa lebih buas, bisa lebih keji dan pasti lebih biadab. Tetapi kita sudah siap menonton dengan baik dan cermat, tanpa harus kehilangan kesadaran serta keyakinan, bahwa kita akan terus dan terus melakukan perlawanan budaya, dengan cara kita sendiri.
Penulis: Jacob Ereste (Atlantika Institut Nusantara)