-->








Wakil Ketua Komisi VII DPRA Tentang Keras Perayaan Hari Valentine

13 Februari, 2018, 20.46 WIB Last Updated 2018-02-13T13:46:47Z
ACEH BESAR - Wakil Ketua Komisi VII DPR Aceh, H. Musannif Sanusi, SE, menentang keras bagi yang merayakan Hari Valentine di Bumi Serambi Mekkah.

"Budaya Valentine's Day ini bukan budaya orang Islam karena tidak sesuai dengan pedoman syari'at umat Islam, khususnya bagi masyarakat Aceh," kata Musannif kepada LintasAtjeh.com, Selasa (13/02/2018).

Dirinya mengatakan, Islam agama yang konsisten tidak ikut-ikutan, meniru-niru keyakinan dan gaya hidup orang barat. Meskipun berkedok kebaikan dan kasih sayang, karena Islam telah mengatur cara-cara untuk menanam kebaikan dan menyediakan fasilitasnya (wasilah).

Selaku anggota DPR Aceh, tentunya Musannif sangat mendukung dan mengapresiasikan kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang telah mengeluarkan larangan peringatan Valentine's Day. 

Seperti masa pemerintahan Illiza Sa'aduddin Djamal sewaktu menjabat sebagai Walikota Banda Aceh dan juga sekarang di masa Ir. Mawardi Ali menjabat sebagai Bupati Aceh Besar.

"Kita sangat mengapresiasikan pemerintah Aceh Besar atas kebijakan larangan peringatan Valentine's Day tersebut. Semoga hal ini bisa dimengerti dan diindahkan oleh seluruh komponen masyarakat Aceh Besar," kata Musannif.

Selain itu, menurutnya peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting. Sebab pengaruh besar daripada gadget yang kini terkoneksi secara luas dengan internet dapat mempengaruhi para generasi muda itu. Dirinya berpesan agar seluruh orang tua dapat mendampingi anak-anaknya dalam berinteraksi dengan dunia internet.

Adapun ajaran kasih sayang yang diikuti lewat memperingati Valentine's Day bukanlah ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW, melarang untuk meniru-niru cara agama lain: Siapa-siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama), dia termasuk kaum (agama) itu.

"Valentine's Day yang dirayakan oleh orang-orang barat tersebut bukan kasih sayang itu, yang dimaksud oleh syariat Islam. Valentine's Day pada hakikatnya adalah upacara keagamaan non muslim yang telah bergeser menjadi hari persaudaraan dan kasih sayang yang pada akhirnya menjadi suatu modus untuk merusak akidah umat Islam dan upaya untuk pembaratan kemaksiatan, maka Islam dengan mengatasnamakan kasih sayang kepada pemeluknya mengharamkan perayaan Valentine Day di Aceh," jelasnya.[DW]
Komentar

Tampilkan

Terkini