-->








Soal Wakaf Baitul Asyi di Mekkah, Peusaba: Akan Berpindah Kepemilikan Kalau Aceh Lenyap!

20 Maret, 2018, 11.53 WIB Last Updated 2018-03-20T04:53:48Z
BANDA ACEH - Ketua Peusaba Mawardi Usman mengungkapkan wakaf Baitul Asyi di Mekkah dalam ikrarnya yang dibuat oleh Habib Bugak 200 tahun yang lalu dengan jelas mengatakan bahwa rumah wakaf diberikan kepada jamaah haji dan penuntut ilmu Biladil Asyi (Negeri Aceh) yang datang di Mekkah. Jika suatu saat tidak ada lagi jamaah Haji dan penuntut ilmu dari Aceh maka barulah diberikan kepada penuntut ilmu dari Tanah Asia Tenggara dan jika tidak ada diserahkan kepada Masjidil Haram.

Peusaba mengatakan dari ikrar ini menunjukkan bahwa orang Acehlah yang memiliki hak di wakaf Baitul asyi jadi bukan penerima manfaat seperti kata sebagian kalangan.

"Dari ikrar diatas, jelas Habib Bugak baru menyerahkan rumah itu ditempati orang lain setelah Aceh hilang dari peta dunia atau mengalami nasib yang sama seperti Andalusia," demikian kata Mawardi Usman dalam pesan whatsapp mesenger, Selasa (20/03/2018).

Lanjut dia, ini menandakan betapa dalamnya cinta Habib Bugak kepada Negeri Aceh Darussalam tempat para ulama besar masa lalu menyebarkan islam dan di Acehlah Habib Bugak dimakamkan.

Jadi, Mawardi Usman meminta supaya jangan dikecilkan peran Aceh sebab jelas disana di dalam ikrar ditempati Jamaah Haji asal Aceh.

Mawardi Usman juga mengaku tertawa geli melihat opini seorang ilmuwan dalam media harian lokal yang menyebut bahwa wakaf Baitul Asyi dulu adalah Kantor Safarah Indonesia di Mekkah sampai tahun 1970-an atau Kedutaan Besar Indonesia di Mekkah.

"Saya hanya mengatakan kedutaan Indonesia itu ada di Riyadh. Kalau memang menjadi Safarah Indonesia hingga tahun 1970-an untuk apa Presiden Suharto sibuk meminta pengelolaan dan investasi di wakaf Baitul Asyi jika sudah ditempati dan BPKH juga sekarang meminta Hak investasi disana hingga menjadi polemik berkepanjangan," urainya.

Makanya, kata Mawardi, Peusaba menginginkan ada penelitian ilmiah tentang wakaf Baitul Asyi. Peusaba juga meluruskan yang benar adalah wakaf Baitul Asyi dulu dikenal juga dengan nama Safarah Al Asyi. Sebab pada masa lalu, para haji dan ulama yang hendak melawan Belanda sebelum agresi 1873  berkantor di Baitul Asyi dan membuat hubungan dengan Syarif Mekkah makanya disebut Safarah Al Asyi atau Kedutaan Kesultanan Aceh.

Masih kata dia, ketika Syarif Mekkah mengetahui ini Syarif Mekkah mengantar ulama dan jamaah haji ke Turki yang disambut oleh Sultan Abdul Majid sendiri dan segala keperluan ditanggung Khalifah Turki termasuk yang ditanggung Syarif Mekkah.

"Karena itu, Peusaba juga ingin ada pengecekan di Turki bisa jadi ada Kantor Safarah Al Asyi tempat berdiam Mukimin Aceh masa lalu di Turki," tandas Mawardi Usman.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini