BANDA ACEH - Tanggal 26 Maret 1873 Komisaris Belanda Nieuwenhuijzen diatas Kapal Citadel Van Atrwerpen mengumumkan maklumat perang melawan Aceh, padahal Kesultanan Aceh tidak memiliki kesalahan apapun. Maklumat perang ini dijawab Aceh. Pasukan Aceh bersiaga di sepanjang pantai Aceh.
Perang dahsyat dari kapal melawan meriam Aceh meletus baru tanggal 8 April 1873, Belanda dapat mendarat di Pante Cermin. Perang terus berlangsung setelah merebut Kuta Meugat di Gampong Pande, Belanda langsung menyerang Mesjid Raya. Setelah Mesjid Raya terbakar Belanda bersorak kegirangan membuat kemarahan Pasukan Aceh. Pasukan mati-matian mempertahankan Mesjid Raya Baiturrahman yang membuat banyak perwira dan tentara Belanda tewas.
Tanggal 14 April 1873, Kohler yang sedang meneropong ke arah Istana Aceh tewas ditembak Sniper Aceh. Menurut data dari Buku Yunus Djamil Sniper itu Teuku Nyak Raja Luengbata Panglima dalam Istana Sultan. Tewasnya Kohler membuat Belanda terkejut dan mundur ke pantai.
Karena terkepung akhirnya Belanda mengakhiri ekspedisi dan pulang membawa kekalahan. Kemenangan Aceh ini diberitakan diseluruh media dunia saat itu bahwa di timur masih ada kaum pemberani dari utara yang sanggup mengimbangi kekuatan barat.
Dengan ini, Peusaba meminta para pemuda dan pemudi dan segenap masyarakat Aceh jangan melupakan sejarah. Sejarahlah yang mencatat kita adalah bangsa yang besar dan yang sangat diperhitungkan oleh musuhnya.
"Jadilah orang Aceh yang bermartabat seperti indatu kita dahulu," kata Ketua Peusaba, Mawardi Usman dalam rilisnya, Jum'at (14/04/2018).[Red]