-->








Kemah Karang Pamitran Nasional, Libatkan 4100 Pembina dan Pelatih Pramuka

14 Agustus, 2018, 12.55 WIB Last Updated 2018-08-14T05:55:53Z
MALANG - Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka mengadakan kegiatan Karang Pamitran Nasional (KPN) atau kemah para pembina dan pelatih tingkat nasional di Desa Lebakharjo, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 13-19 Agustus 2018. Sebanyak 4100 pembina dan pelatih Pramuka mengikuti kegiatan ini. Selain persoalan pendidikan kepramukaan, KPN juga akan membahas bonus demografi.
 
Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengatakan kekuatan Pramuka ada pada jumlah anggotanya yang saat ini kurang lebih mencapai 25 juta, rata-rata berusia 12-25 tahun. Dengan usia produktif itu, maka Pramuka menjadi aset besar bagi bangsa ini untuk menjaga bonus demografi. Sehingga pada 2045 mendatang Indonesia bisa tumbuh menjadi negara maju.
 
"Kehadiran Pramuka ini harus bisa menjawab tantangan apakah kita siap lepas landas menuju negara maju dengan adanya bonus demografi yang selama ini kita impikan. Saya yakin, Pramuka mampu menjawab tantang itu dengan prestasi dan karya nyata," ujar Adhyaksa, Senin (13/08/2018).
 
Adhyaksa yakin Pramuka bisa mamanfatkan bunus demografi karena anak-anak pandu ini punya daya imun kuat untuk menangkal hal-hal negatif yang bisa merusak bangsa ini. Misalnya narkoba, tawuran dan juga seks bebas. Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menegaskan bonus demografi tidak akan berhasil jika generasi muda saat ini memiliki sifat atau karakter yang buruk.
 
"Bonus demografi tidak mungkin terwujud kalau generasi muda kita memiliki karakter buruk. Nah, tugas Pramuka sejak dulu adalah menciptakan peserta didik yang barkarakter melalui pendidikan kepramukaan yang menyenangkan," jelasnya.
 
Dalam beberapa kesempatan, Adhyaksa kerap menjamin tidak ada satu pun anggota Pramuka yang memiliki Kartu Tanda Kecakapan (KTK) terlibat penyalahgunaan narkoba. Ini artinya, Pramuka bisa melindungi bonus demografi yang dimiliki bangsa ini dari berbagai ancamannya. Terlebih jika bicara tentang revolusi mental, Pramuka dinilai paling tepat mewujudkan program itu.
 
Sementara Ketua Pelaksana KPN sekaligus Kepala Pusdiklatnas Gerakan Pramuka Suyatno mengatakan melalui KPN ini peran pembina dan pelatih sangat dibutuhkan untuk bisa menjaga bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Ia percaya, pembina yang baik pasti akan melahirkan peserta didik yang baik.
 
"Maju atau tidaknya Pramuka itu kan ada di tangan pelatih dan pembina. Pembina yang baik dan berkualitas pasti akan melahirkan peserta didik yang baik. Begitu juga sebaliknya, kalau mental pembinanya buruk, anak didiknya juga pasti terkena dampaknya," ujar Yatno.
 
Untuk itu, melalui KPN ini 4100 pembina dan pelatih dari 514 kabupaten/kota dari 34 provinsi berkumpul di Desa Lebakharjo guna membahas berbagai isu penting berkaitan dengan pendidikan kepramukaan. Pembina dan pelatih, kata Yatno, harus bisa merumuskan sistem pendidikan kepramukaan yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga tidak ada kesan Pramuka ketinggalan zaman.
 
"Di KPN  inilah tempatnya, kita butuh masukan atau saran dari berbagai pembina dan pelatih di seluruh Indonesia untuk ikut merumuskan bagaimana sih agar kita bisa menjadi pelatih yang lebih baik, lebih maju, bisa menyesuaikan kebutuhan peserta didik yang sudah memasuki era mileninal. Prinsip dasarnya tidak boleh berubah tetap perpegang pada Dasa Darma dan Tri Satya, namun kemasanannya bisa saja berbeda," tandasnya.
 
Suyatno mengungkapkan, rasio jumlah pelatih dan pembina Pramuka di Indonesia masih tidak sebanding dengan jumlah anggota Pramuka. Masih banyak daerah-daerah yang  kekurangan pelatih dan pembina sehinga pendidikan kepramukaan tidak jalan.


"Persoalan ini juga akan dibahas dalam KPN, dengan harapan jumlah pelatih dan pembina Pramuka semakin banyak, pendidikan kepramukaan semakin baik dan diminati anak didik," tegasnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini