-->




LIMA: Rebutan Kursi Wagub DKI Jakarta, Demi Kue Kekuasaan !

06 November, 2018, 16.15 WIB Last Updated 2018-11-06T09:15:19Z
IST
JAKARTA - Kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta sampai saat ini masih saja belum diisi alias kosong setelah ditinggalkan Sandiaga Uno yang lebih memilih untuk maju sebagai calon Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden 2019 mendampingi Prabowo Subianto.

Terlebih, hingga saat ini Gerindra dan PKS masih belum menemukan titik terang atas kursi kekosongan kursi Wagub DKI itu. Kedua partai ini tampaknya belum sama- sama legowo.

Alotnya pembahasan soal Wagub DKI juga membuat kader PKS kecewa. Apalagi, PKS menyebut mesin partainya bisa mati di Pilpres 2019.

Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, apa yang dilakukan PKS ini wajar. Terlebih partai tersebut belum mendapatkan jatah apa-apa dari koalisi Prabowo Subianto ini.

"Kalau kita bicara hitung-hitungan, maka posisi PKS selama dengan Gerindra belum dapat apa-apa. Karena bagaimanapun, PKS harus memperhitungkan kadernya. Tetapi lagi-lagi, (perebutan kursi ini) membuat kita terlihat, katakanlah kok belum apa-apa sudah ribut masalah seperti ini," kata dia kepada media, Selasa (06/11/2018). 

Sikap ngotot PKS ini, lanjut dia, secara hitung-hitungan memang elektabilitasnya lebih tinggi ketimbang Gerindra. Maka, suka tidak suka mereka harus mendapatkan posisi di DKI.

"Wajar kalau dia "ngotot" meminta posisi itu. Bila tidak maka itu akan mendegradasi semangat kader di bawah. Bagaimanapun dia bekerja untuk partainya. Bukan untuk Gerindra," katanya lagi.

Bagaimana pun, dia berharap kedua parpol ini saling legowo. Bila tidak, dia melihat imbas ini akan mengarah ke Pilpres 2019. Dimana, bila PKS tak mendapatkan posisi, maka yang yang terjadi adalah mesin partai mereka bisa berhenti atau berpaling dari posisi semula.

"Bisa saja, karena dinamika yang terjadi itu akan berimbas di 2019 nanti. Ini bahaya, seharusnya mereka segera memutuskan bukan malah memperpanjang keruhan," katanya.

Sementara, Jerry Massie dari Peneliti dan pengamat politik Indonesian public institute ketika dihubungi menilai, kedua Parpol ini cenderung egois yakni tak memikirkan perasaan warga DKI Jakarta.

Terlebih, bangku yang ditinggalkan oleh Sandiaga Uno ini kosong dengan waktu yang lama. "Parpol kembali meletakan semata kepentingan politik partai atau mengakomodasi masyarakat Jakarta, maunya apa. Perilaku politik seperti ini jelas tidak bagus karena merugikan publik, " ujarnya menambahkan.

Dia pun mengaku curiga atas waktu yang terus diulur-ulur ini. Ini menunjukan bahwa ada lobi-lobi kepentingan kekuasaan dan bagi-bagi antara PKS dan Gerindra. "Berat bila kita bicara ujung-ujungnya bagi-bagi kue," katanya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini