-->








Fase Mematikan Gunung Anak Krakatau Pasca Tragedi Tsunami

27 Desember, 2018, 03.52 WIB Last Updated 2018-12-26T20:52:30Z
JAKARTA - Info terkini Gunung Anak Krakatau memasuki fase baru dan mematikan.

Demikian disampaikan Jess Phoenix, ahli vulkanologi dari Amerika Serikat, salah satu penemu badan riset nirlaba, Blueprint Earth, dan seorang fellow di perkumpulan Royal Geographical.

Jess Phoenix menyampaikan analisis terkini tentang Gunung Anak Krakatau dalam laman BBC Indonesia, Rabu (25/12/2018).

"Fase baru erupsi Anak Krakatau diikuti tragedi yang tidak biasa, yaitu tsunami," tulisnya.

Menurutnya, dengan data yang ada, tampaknya tsunami yang menerjang bagian barat pulau Jawa (Banten) dan Lampung, pada Sabtu (22/12/2018) ini disebabkan oleh runtuhnya bagian Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut.

Pergeseran bebatuan diyakini sebagai faktor yang menyebabkan tsunami yang mematikan.

"Bahaya gunung api adalah sebuah hal baru untuk Indonesia.

Dampak dari erupsi terakhir Anak Krakatau harus menjadi pengingat bahwa kita perlu melakukan studi tambahan, pendidikan, dan upaya kesiapsiagaan lebih untuk menyelamatkan orang-orang dan bangunan yang ada selama gunung api meletus dan sesudahnya," tandasnya.


Selengkapnya analisis Jess Phoenix tentang Gunung Anak Krakatau bisa Anda lihat di bawah ini:

Infor terbaru, Anak Gunung Krakatau terpantau menyemburkan awan panas ke arah Selatan sejak Rabu (26/12/2018) sore.

Berdasarkan laporan aktivitas vulkanik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM hingga pukul 18.00 WIB, anak Gunung Krakatau diselimuti awan hitam.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, Windi Cahya Untung mengatakan, asap kawah bertekanan kuat teramati berwarna hitam.

"Intensitas tebal dan tinggi 200-500 meter di atas puncak kawah. Teramati semburan awan panas kearah selatan yang sudah mencapai lautan," ujar Windi saat dikonfirmasi di Kabupaten Pandeglang, Rabu (26/12/2018).

Ia juga melanjutkan, anak Gunung Krakatau juga masih menunjukan aktivitas dan mengeluarkan dentuman suara keras.

Dari pengamatan meteorologi, Windi melancatat cuaca sekitar anak Gunung Krakatau mendung dan turun hujan disertai angin bertiup lemah kearah utara dan timur laut.

"Suhu udara 24 sampai 27 derajat derajat dan kelembaban udara 88 sampai 90 persen," lanjut dia.

Berdasarkan laporan tersebut, anak Gunung Krakatau menunjukan level II atau Waspada.

Windi juga mengatakan adanya kemungkinan hujan abu yang mengarah ke Cilegon dampak aktivitas aktif anak Gunung Krakatau.

"Mungkin saja, karena anak Gunung Krakatau sampai saat ini masih mengalami erupsi dan arah serta kecepatan angin mengarah ke Kota Cilegon," terang Windi.

Windi juga mengimbau untuk masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.

Abu Gunung Anak Krakatau dilaporkan sudah sampai ke Kota Cilegon, Banten, pada Rabu (26/12/2018) sore.

Abu Krakatau

Turunnya abu vulkanik membuat masyarakat Cilegon khawatir dengan status Gunung Anak Krakatau yang terus menerus erupsi.

Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak Krakatau Kushendratno yang dihubungi Kompas.com dan dilansir Surya.co.id meminta masyarakat tenang.

Menurut dia, Gunung Anak Krakatau aktivitasnya memang meningkat dan mengeluarkan abu vulkanik saat ada letusan, dan kini arah angin sedang mengarah ke timur laut, atau menuju Cilegon.

"Aktivitas Gunung Anak Krakatau sekarang merupakan kesehariannya ketika meningkat, mengeluarkan letusan yang terus-menerus dan mengeluarkan abu dengan hembusan angin ke timur laut mengarah ke Cilegon," kata Kushendratno saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (26/12/2018).

Sejak Juni 2018 lalu, kata dia, setiap harinya Gunung Anak Krakatau meletus dan mengeluarkan material seperti abu vulkanik.

Namun material tersebut akan menyebar sesuai arah angin, dan kini mengarah ke Cilegon.

Dari pos pemantau di Pasauran pukul 18.00 WIB tadi, kata dia, Gunung Anak Krakatau terpantau ditutupi kabut dan lava panas yang mengalir ke laut.

Sementara tinggi kepulan awan panas mencapai 300 hingga 600 meter di atas kawah.

Kushendratno meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik soal turunnya abu vulkanik dari erupsi Gunung Anak Krakatau, walau saat ini status gunung ini berada di status waspada atau Level II.

Masyarakat direkomendasikan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, namun tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius dua kilometer.

"Jangan percaya isu yang menimbulkan kepanikan, jika ingin informasi soal Gunung Anak Krakatau, silahkan datang langsung ke pos pemantauan di Pasauran," pungkas dia.

Abu vulkanik sudah biasa turun
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau yang turun di Cilegon ternyata sudah dianggap biasa saja bagi warga Sirih, Desa Kemasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.

Salah satu warga, Novi, menyebut abu sudah sering turun di kampungnya.

"Sudah biasa sejak beberapa bulan lalu, apalagi sejak tsunami tanggal 22 itu, sering dan hampir tiap hari, suami saya pulang dari masjid sandal sudah ditutupi abu," cerita Novi dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, Rabu (26/12/2018).

Sering turunnya abu di kampungnya membuat Novi tidak begitu kaget saat mendengar abu Gunung Anak Krakatau turun di Cilegon.

"Di sini sudah biasa, kami cuma senyum saja saat warga Cilegon heboh," kata dia.[Surya.co.id]

Komentar

Tampilkan

Terkini