-->








Harga Minyak Turun 2%; Terbebani Jatuhnya Pasar Saham AS.

15 Desember, 2018, 10.01 WIB Last Updated 2018-12-15T03:01:03Z
IST
NEW YORK - Harga minyak turun sekitar 2% pada hari perdagangan Jumat, terbebani oleh jatuhnya pasar saham AS. Sementara data ekonomi yang lemah dari China menunjukkan permintaan bahan bakar yang lebih rendah di importir minyak terbesar dunia.

Melansir Reuters, Sabtu (15/12/2018), minyak mentah brent berjangka turun USD1,17 menjadi USD60,28 per barel, kehilangan 1,90%. US crude futures West Texas Intermediate (WTI) kehilangan USD1,38 untuk menetap di USD51,20 per barel, kehilangan 2,62%. Patokan global Brent membukukan kerugian mingguan hampir 2,3%, sementara WTI turun hampir 2,7%.

"Kompleks minyak tetap rentan terhadap penjualan ekuitas terutama ketika dikombinasikan dengan penguatan dolar AS seperti yang terjadi saat ini," kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Pasar ekuitas AS secara luas turun karena penjualan ritel November China tumbuh pada laju terlemahnya sejak tahun 2003 dan output industri naik setidaknya dalam hampir tiga tahun. Laporan itu ditambahkan ke hubungan perdagangan AS-China.
Throughput kilang minyak China pada November turun dari Oktober, menunjukkan pelonggaran permintaan minyak, meskipun berjalan 2,9% di atas tingkat tahun lalu.

"Minyak berada di bawah tekanan dari data ekonomi yang buruk dari China semalam, meredam antusiasme untuk pertumbuhan permintaan minyak yang baik pada 2019 karena pasar yang saat ini kelebihan pasokan," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.

Prihatin dengan meningkatnya kelebihan pasokan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen minyak lainnya, termasuk Rusia, sepakat pekan lalu untuk mengurangi produksi 1,2 juta barel per hari (bpd), atau lebih dari 1% dari permintaan global.

Perusahaan-perusahaan energi AS memangkas empat rig minyak dalam seminggu hingga 14 Desember, perusahaan jasa energi General Baker, Baker Hughes mengatakan dalam laporannya yang diikuti secara ketat pada Jumat. Data tersebut dilihat sebagai indikator produksi masa depan.

Badan Energi Internasional mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengharapkan defisit pasokan minyak pada kuartal kedua tahun depan, dengan syarat para anggota OPEC dan produsen utama lainnya tetap dekat dengan kesepakatan pekan lalu untuk memangkas produksi.



Sebagai bagian dari perjanjian, pemimpin OPEC secara de facto Arab Saudi berencana untuk mengurangi produksinya menjadi 10,2 juta bph pada bulan Januari.[Okezone]
Komentar

Tampilkan

Terkini