-->








Pemerintah Aceh Dukung Program Community Engagement Oleh University Technology Malaysia

24 Desember, 2018, 22.27 WIB Last Updated 2018-12-24T15:27:27Z
BANDA ACEH - Untuk pertama kalinya Aceh menjadi tempat pelaksaan program Community Engagement oleh University Technology Malaysia (UTM). Program Community Engagement yang akan dilaksanakan mulai tahun depan ini adalah merupakan kolaborasi antara Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Malay and Islamic World Organization/ DMDI (Dunia Melayu Dunia Islam) dan Yayasan Darud Donya Aceh, yang di dukung oleh Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh dan Universitas Syiah Kuala.

Cut Putri, Ketua Yayasan Darud Donya Aceh yang merupakan Project Officer program ini, Senin (24/12/2018), menyampaikan bahwa Community Engagement Program atau Program Pelibatan Masyarakat kini mulai menjadi trend baru dunia yang telah dilaksanakan di seluruh dunia oleh berbagai universitas, sekolah, perusahaan, lembaga dan organisasi lainnya, yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat, untuk Aceh terutamanya menyasar kepada unit terkecil masyarakat yaitu gampong.

Cut Putri yang juga merupakan Ahli Majelis Tertinggi DMDI dan Duta Biro Sosio Budaya  Heritage DMDI untuk Aceh, menjelaskan bahwa strategi pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada fasilitasi pemandirian masyarakat dalam perlindungan sumber daya alam, pengelolaan sumber daya alam dan penguatan keorganisasian masyarakat.

Program perlindungan sumber daya alam diarahkan melalui partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk kajian, persetujuan dan kebijakan masyarakat dalam perlindungan sumber daya alam. Program pengelolaan sumber daya alam diarahkan kepada kajian dan kerja nyata dalam pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat secara berkelanjutan.

Program penguatan organisasi masyarakat diarahkan kepada berbagai bentuk kegiatan penguatan adat, kearifan lokal, gampong, meunasah, mukim dan organisasi swadaya yang dapat menyuarakan kebutuhan mereka pada perlindungan, pengelolaan dan keselarasan hubungan dengan kelompok kepentingan lainnya.

Program ini akan dimulai di Gampong Pande Banda Aceh untuk pertama kalinya dan direncanakan akan merambah ke  seluruh Aceh sampai ke pulau-pulau terluar Aceh, dengan menggandeng lebih banyak lagi lembaga dan universitas serta stake holder lainnya dari seluruh dunia.

Pemilihan Gampong Pande sebagai tempat perdana program karena Gampong Pande adalah Titik Nol Banda Aceh dan gampong kelahiran Kota Banda Aceh yang juga merupakan Titik Nol Kesultanan Aceh Darussalam yaitu tempat pertama kali didirikannya Kesultanan Aceh Darussalam oleh Sultan Johansyah pada 1 Ramadhan 601 H/22 April 1205, dan tanggal tersebut menjadi hari kelahiran/hari jadi Kota Banda Aceh.

Untuk persiapan pelaksanaan program, maka pada Jum'at (21/12/2018) telah dilaksanakan pertemuan antara Wakil UTM dengan Walikota Banda Aceh beserta jajarannya dan juga dengan Rektorat Universitas Syiah Kuala. Wakil UTM yang hadir yaitu Prof. Madya Ahmad Bin Khalid, DR. Nurzal Effiyana Ghazali Ph.D, M.Sc, M. Eng, B.Eng, serta wakil dari mahasiswa UTM yaitu Muhammad Zaim. Turut hadir pula wakil dari DMDI dan Darud Donya Aceh.

Prof. Madya Ahmad Bin Khalid dari UTM menyampaikan bahwa program ini menjadi lebih mudah dilaksanakan mengingat bahwa antara UTM dan Universitas Syiah Kuala Aceh telah menandatangani MoU beberapa waktu sebelumnya.

Program perdana yang akan dilaksanakan di Gampong Pande diantaranya yaitu pelatihan pertanian sistem teknologi fertigasi, pelatihan teknologi pengolahan fiber untuk kebutuhan nelayan (perikanan dan kelautan), penanaman hutan bakau disertai tekhnologi pendeteksi kualitas air dengan satelit, kegiatan seni budaya, sosialisasi dan pemahaman sejarah serta kearifan lokal Aceh.

Kegiatan sosial lainnya adalah merenovasi rumah anak yatim tsunami DMDI serta membersihkan nisan-nisan dan makam-makam ulama dan raja yang tersebar ribuan di sekitar Gampong Pande, serta beberapa program lainnya.

Pelaksanaan program di Gampong Pande tersebut selain untuk warga setempat, juga akan mengikutsertakan
sekolah-sekolah dan gampong-gampong lainnya serta masyarakat luas. Agar ilmu teknologi tersebut juga dapat diterapkan di gampong-gampong lain di Aceh bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) serta dinas-dinas terkait lainnya.

Untuk tahap pertama, awal tahun 2019, akan datang kurang lebih 40 (empat puluh) orang mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa UTM dan mahasiswa dari berbagai universitas seluruh Malaysia juga mahasiswa dari Iran dan berbagai negara lainnya yang dikoordinasikan oleh UTM yang datang bersama para dosen dan pakar di bidang masing-masing. Direncanakan akan tinggal di Gampong Pande selama 7 (tujuh) hari bersama dengan puluhan mahasiswa dan pembimbing dari Universitas Syiah Kuala untuk bersama-sama melaksanakan Program Community Engagement ini.

Selanjutnya Cut Putri menjelaskan bahwa program pemberdayaan warga gampong ini adalah program berkelanjutan yang dilaksanakan secara bertahap. Setelah kepulangan Wakil UTM ke Malaysia nanti hasil pelatihan akan dilanjutkan pengawasannya oleh Universitas Syiah Kuala berkoordinasi dengan Yayasan Darud Donya Aceh, DMDI dan UTM. Setiap saat melalui teknologi komunikasi yang akan disiapkan, Wakil UTM pun akan datang setiap beberapa bulan sekali ke Aceh untuk mengevaluasi hasilnya di masa depan. Sehingga diharapkan agar Program Community Engagement ini dapat memberikan dampak yang besar dan berkelanjutan bagi gampong-gampong di seluruh Aceh.

Dalam kunjungannya ke Ace, Prof. Madya Ahmad Bin Khalid, yang merupakan anggota terhormat DMDI yang beranggotakan 23 negara, turut menyampaikan rasa prihatinnya terhadap kondisi situs sejarah dan cagar budaya Gampong Pande yang kini menjadi tempat pembuangan sampah dan tinja dari seluruh kota.

Ia menyampaikan bahwa dengan penuh kerendahan hati akan menghubungi pakar-pakar air dan persampahan Malaysia dan dunia untuk membentuk tim resmi bersama Universitas Syiah Kuala untuk turut membantu Walikota Banda Aceh mengatasi issue sampah dan tinja di Kota Banda Aceh.  Hal ini agar situs sejarah Islam tersebut dapat terselamatkan dan sampah serta pembuangan tinja pun dapat dipindahkan, diatasi dan dikoordinasikan dengan baik melalui teknologi terbaru dunia sesuai dengan kebutuhan Banda Aceh.

Dalam kesempatan Ini, Cut Putri sebagai Project Officer, menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada UTM dan DMDI yang berkenan melaksanakan program di Aceh serta terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Aceh terutama Walikota Banda Aceh yang telah mendukung penuh bagi suksesnya pelaksanan program antar negara ini.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini