-->








Suami Hilang Melaut, Rahmawati: Mimpi Saya Mereka Pergi Mengaji

30 Mei, 2019, 15.20 WIB Last Updated 2019-05-30T08:42:50Z
Kemarin, Selasa (28/5/2019). Kondisi cuaca sangat mendung. Dibeberapa daerah, hujan sudah turun. Paling lebat di kawasan Seulawah. Sehingga perjalanan Banda Aceh arah tuju Kota Langsa jadi adem dingin meski tak gigil.

Deru mobil Mitsubishi Pajero Exelent terus dipacu. Meliuk-liuk mengitari jalanan sepanjang Gunung Seulawah. Hingga ke Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Hujan mulai reda.

Fadil, cukup cekatan duduk dibalik kemudi. Ditemani Aswad Asnawi, di jok sebelah kiri. Seolah navigator ulung. Hanya saya dan Popon Andalusia. Merebahkan badan di kabin belakang. Sembari sesekali menyahut perkacapan kedua sahabat di kabin depan.

Tiba di kawasan Beureunuen. Telepon genggam Fadil berdering. Sebuah nama muncul layar. Bergegas ia menjawab panggilan itu. "Hallo. Di jalan pulang ke Langsa. Sudah di Beureunuen," ujar Fadil kepada sipenelpon diujung selularnya.

"Oh, boleh. Kami akan kesana. Nanti di Jeunib berhenti belanjanya," tambah Fadil kepada lawan bicaranya di telepon.

Rupanya, Fadil diminta oleh Anggota DPRA, Asrizal H Asnawi. Untuk mampir ke rumah Rahmawati (35). Istri Ibnu Hajar (45), salah seorang dari tiga nelayan Aceh, yang dikabarkan hilang saat melaut sejak 18 Maret lalu.

Tak berselang lama, giliran handphone saya berdering. Asrizal berbicara diujung telepon. Wakil Ketua Komisi IV DPRA itu, memberitahukan alamat lengkap Rahmawati sekaligus nomor telepon selularnya.

"Gampong Lhok Kulam, Jeunib. Nomor HP dikirim lewat whatsapp. Kalau tiba di rumahnya telepon balik ke saya lewat video call," ujar Asrizal.

Tak lupa. Politisi PAN Aceh ini, menginggatkan untuk bertanya kepada Rahmawati, apakah pemerintah daerah sudah menghubungi atau bertandang ke rumahnya. 

Di Jeunib, kami singgah untuk membeli sedikit sembako untuk diantar kepada Rahmawati, sesuai arahan Asrizal H Asnawi. Kemudian, setir berpindah kemudi kepada Popon Andalusia. Menyusur jalan masuk ke Lhok Kulam hingga tiba di depan rumah Rahmawati.

Tentunya, Fadil terlebih dahulu menghubungi ibu empat anak itu, memberitahukan maksud kedatangan kami dan sekaligus bertanya alamat yang benar agar tidak salah tujuan.

"Alhamdulillah. Katroh neuh u rumoh lon," ucap Rahmawati ketika menyambut kedatangan kami, seraya mempersilahkan masuk kedalam istana berdinding papan, berlantai semen kasar dengan beberapa jendela yang belum selesai.

Saya menjelaskan sekilas maksud kedatangan kami. Rahmawati tampak mangut pertanda mengerti. Sementara, anak bungsunya, Aida Fatiyaturrahman (2), asyik bercengkerama dengan saya dan Aswad Asnawi. Tampak bocah ini rindu sosok ayahnya.

Bersama Rahmawati dan anaknya. Saya melakukan panggilan Video Call dengan Asrizal H Asnawi. Kepada wakil rakyat itu, istri Ibnu Hajar ini berharap dapat membantu pencarian terhadap suaminya.

Meski Bireuen bukan termasuk daerah pemilihan Asrizal. Politisi asal Dapil 7 Aceh ini, berjanji akan maksimal membantu kelaurga tersebut. "Insya Allah saya dorong pemerintah untuk membantu pencarian. Saya pribadi berdoa semoga keluarga tabah dan ada sedikit rizki mohon diterima," ucap Asrizal.

Sambil bercerita, Rahmawati menganak sungai dimatanya. Dia masih menunggu kabar terbaru tentang suaminya. Doa dan harapan tentu digantungkan, agar jelang Idul Fitri nanti. Ada mukjizat atas nasib Ibnu Hajar dan dua nelayan lain, yang turut melaut menggunakan KM Mata Ranjau 03 dari Ulee Lheue Banda Aceh.

Diakui Rahmawati. Dirinya sempat bermimpi beberapa waktu lalu. Seolah suaminya dan dua teman nelayan lain sedang disuatu tempat seperti pengajian. 

"Tega Ayah ngak bilang mau kemari (pengajian). Sehingga saya cari ke sana-kemari. Rupanya disini kalian bertiga," cerita Rahmawati tentang mimpinya itu.

Saya sempat bertanya kepada Rahmawati, apakah Pemkab Bireuen sudah berkunjung ke rumahnya. Atau ada yang datang dari Dinas Sosial setempat?

"Hana yang troh. Camat pieh hana. Dari dinas sosial hana cit. Yang na troh ureung droeneh ngen wartawan Serambi," jelas Rahmawati menjawab.

Setelahnya, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan kembali. Menyisakan pilu mendalam atas elegi tiga nelayan yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Mungkin sudah tiada dihempas gelombang samudera. Boleh jadi terdampar disuatu tempat. Atau ditangkap pihak keamanan negara lain. Wallahualam bissawab. Semoga Allah selamatkan mereka itu.[*]
Komentar

Tampilkan

Terkini