-->








Konservasionis Indonesia Minta Kepala Negara Komitmen Pada Aksi Iklim di Konferensi Women Deliver

04 Juni, 2019, 23.11 WIB Last Updated 2019-06-04T16:11:57Z
Farwiza Farhan (BBC) 
LONDON - Farwiza Farhan, seorang konservasionis Indonesia dari Sumatera, berbicara pada pleno pembukaan Konferensi Women Deliver 2019 di Vancouver, Kanada pada hari Senin, mendesak para kepala negara berkomitmen untuk bertindak dan memenuhi janji Perjanjian Paris dan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Farhan berbicara di panggung bersama Perdana Menteri Kanada, Justin P.J Trudeau, Uhuru Kenyatta (Presiden Kenya), Nana Akufo Addo (Presiden Ghana) dan Sahle Work-Zewde (Presiden Ethiopia).

Berdasarkan siaran persnya, Selasa (04/06/2019), menanggapi permohonan Farhan kepada kelompok tinggi untuk berkomitmen pada tindakan ambisius tersebut, Trudeau, Work-Zewde dan Kenyatta bertepuk tangan. Farhan meminta para kepala negara untuk melakukan tindakan yang kuat pada negosiasi multi-lateral yang akan datang pada tahun 2020 tentang pelestarian keanekaragaman hayati bumi dan meningkatkan komitmen nasional untuk pengurangan emisi melalui negosiasi iklim internasional. 

Farhan menunjukkan bahwa semua negara menderita kerusakan lingkungan. Selama kunjungan ke Gunung Kilamanjaro di Kenya dan alam di Kanada, perubahan iklim dan kegiatan komersial memaksa perubahan besar pada kehidupan masyarakat, membawa alam ke ambang kepunahan. 

Ini adalah tantangan yang sama dengan organisasi Farhan, HAkA, berupaya untuk berjuang di Indonesia, penghasil emisi karbon terbesar kelima di dunia. 

"Laporan sains PBB terbaru tentang keanekaragaman hayati memberi tahu kita satu juta spesies akan punah di masa mendatang. Ini sangat mengganggu karena kepunahan selamanya. Sering kali kita tidak tahu jasa ekosistem yang diberikan oleh spesies sampai mereka hilang," kata Farhan. 

Langkah Farhan dipandang sebagai hal yang vital. Kanada adalah pemain utama dalam negosiasi iklim, terutama karena AS bertujuan untuk keluar dari Perjanjian Paris di bawah kepresidenan Trump. Semua 196 negara penandatangan Perjanjian Paris berkewajiban untuk mengumumkan peningkatan pengurangan emisi gas rumah kaca pada tahun 2020. 

Ethiopia dipandang sebagai pemimpin dalam energi terbarukan, penting dalam perang melawan perubahan iklim, di antara negara-negara Afrika. Tekanan dari negara-negara lain dan komunitas internasional sangat penting untuk menggeser Indonesia asli Farhan dari pengurangan tutupan hutan secara cepat untuk membuka jalan bagi pertanian komersial menjadi melindungi hutan yang tersisa yang menyediakan penyerap karbon vital.

Women Deliver adalah konferensi terbesar di dunia yang didedikasikan untuk kesetaraan gender dan mempromosikan hak-hak perempuan di seluruh dunia, tahun ini mengambil tema Power, Progress, Change. Farhan diangkat sebagai contoh kepemimpinan perempuan oleh forum global ini, karena pekerjaannya menghubungkan solusi yang ditemukan di komunitas akar rumput, terutama melalui perempuan, dengan perubahan yang dituntut dari forum politik nasional dan internasional.

Farwiza Farhan memimpin organisasi Indonesia Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), organisasi akar rumput yang berbasis di Banda Aceh. Farwiza juga merupakan anggota pendiri The New Now, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengatasi tantangan terberat dunia melalui aksi kolaboratif dan mengangkat pekerjaan serta suara-suara muda yang berani.[*/Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini