-->

Djafar: Bertemu Jokowi, Prabowo Sosok Seorang Negarawan

13 Oktober, 2019, 08.01 WIB Last Updated 2019-10-13T01:01:06Z
JAKARTA - Pertemuan kedua antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa hari yang lalu patut di apresiasi. Pasalnya, pertemuan tersebut menunjukkan bahwa Prabowo mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.

Hal tersebut disampaikan Lolitisi Partai Hanura, H. Djafar Badjeber kepada wartawan, Sabtu (12/10/2019).

"Dalam setiap pertemuan  Prabowo Soebianto selalu tampil elegan, percaya diri, tidak kaku dan selalu terkesan positif. Statementnya selalu menunjukkan seorang negarawan," sebutnya.

Dikatakannya, ia legowo sekalipun kalah dalam Pilpres. Ini bukti ia seorang yang demokratis dan selalu mengedepankan kepentingan negara dan bangsa. Keutuhan dan kepentingan bangsa dan negara segalanya.

Masih kata Djafar, dalam kesempatan itu berkembang juga soal kader Gerindra masuk kabinet atau tidak. Prabowo menyatakan Gerindra siap kalau diajak Jokowi masuk kabinet. Bilapun tidak diajak masuk kabinet, Gerindra menjadi penyeimbang dan siap memberikan masukan.

"Dari suasana batin seperti itu, layaknya sikap Prabowo tersebut patut di apresiasi. Kalau toh Gerindra ada di dalam kabinet Jokowi bukan semata-mata mencari kedudukan dan jabatan, tetapi ingin memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara. Itu yang patut kita pahami, karena situasi ekonomi dunia serta persaingan Amerika Serikat dan China bisa berdampak luas ke berbagai negara di dunia," katanya.

Mengingat situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu seperti itu, kata dia, maka dibutuhkan semua komponen bangsa harus bersatu. Itu pilihan dan solusi terbaik.

Lanjut Djafar, sistem presidensial memungkinkan Presiden Jokowi untuk menentukan jalannya pemerintahan kedepan. Itu hak prerogatif Presiden, tidak boleh di intervensi oleh siapapun.

"Sebagai Presiden, kepala pemerintahan dan pimpinan eksekutif, Presidenlah yang menentukan siapa-siapa pembantunya. Pembantunya dalam kabinet bisa berasal dari partai politik pengusung dan pendukung, bisa dari partai lain, akademisi dan profesional," ungkapnya.

Bila pada akhirnya Presiden Joko Widodo merekrut menteri dari parpol di luar koalisi, maka parpol koalisi harus berbesar hati. "Jangan ngambek seperti anak kecil. Sebab, itu konsekwensi dari sistem presidensial," lugasnya.

Kalau pada akhirnya ada kader Gerindra atau parpol lain yang masuk kabinet, parpol koalisi harus menangkap bahwa hal itu untuk kepentingan bangsa dan negara. "Alangkah indahnya kalau bangsa yang besar ini berjalan seiring untuk mengisi pembangunan. Situasi bangsa yang hampir terpecah ini perlu bersatu untuk menangkal infiltran dan gangguan dari dalam negeri sendiri," tegas Mantan Anggota DPR/MPR RI ini.

Ia menambahkan, bila benar kader Gerindra masuk dalam kabinet Jokowi, maka selesailah rivalitas Pilpres 2019 lalu. Jangan ada lagi saling serang, saling ejek, fitnah dan berita hoax. Cukup sudah energi kita terkuras untuk hal-hal non produktif. 

"Mari kita saling berangkulan lagi, silaturrahmi yang sempat terputus perlu disambung lagi. Tidak ada marah dan dendam, suami-istri, anak terhadap orang tua, teman satu kantor, teman komunitas, teman ormas dan LSM. Semuanya demi Merah-Putih, NKRI tercinta," pungkas Politisi Hanura ini.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini