-->




Renungan di Tahun Baru

01 Januari, 2020, 00.22 WIB Last Updated 2019-12-31T17:23:13Z
Perayaan tahun baru biasanya diperingati dengan pesta besar dengan serangkaian acara khusus yang dilakukan berbagai pihak. Acara spektakuler dengan pesta kembang api di berbagai pelosok negeri biasanya disiapkan secara khusus untuk menandai tenggelamnya tahun dan datangnya tahun baru. 

Pusat-pusat keramaian di kota, hotel-hotel, pantai, kawasan wisata, dan tempat hiburan biasanya dijadikan titik simpul masyarakat merayakan detik-detik pergantian tahun. Dana miliaran rupiah dihabiskan sekedar untuk menyambut malam tahun baru itu. Belum lagi korban yang berjatuhan dalam rangka peringatan tersebut. 

Pertanyaan kecil dalam batin ini muncul. Mengapa kita selalu berpikir tentang tahun baru dan memperingati serta menyambutnya dengan acara super khusus? Mengapa menjelang tahun baru dijadikan titik refleksi masa lalu, masa kini, dan masa depan? Padahal setiap hari selalu terjadi fase masa lalu setelah kita melewati sesuatu, masa kini setiap kita berpikir saat itu, masa depan ketika kita berpikir nanti.

Sadarkah kita bahwa masih banyak kekurangan dan keburukan yang kita lakukan di setiap harinya. Banyak target, banyak rencana baik belum terlaksanakan, bahkan masih ada janji yang belum ditepati. Sadar atau tidak, sebagai manusia pasti mempunyai kelemahan dan kekurangan. 

Namun selama masih ada jiwa dan raga yang baik, tentu manusia harus berusaha untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Di tahun 2020 ini kita bukan belajar dari kegagalan, kekurangan dan kekeliruan di tahun 2019. Akan tetapi kita tetap selalu belajar setiap harinya Dan kita sebagai umat muslim hanya merayakan tahun baru islam, Semua yang terjadi pada tahun sebelumnya harus kita jadikan pelajaran dan peringatan. 

Agar kita benar-benar bisa menghayati makna pengantian tahun yang benar dan memperbaiki serta menyempurnakan apa yang telah kita lakukan. Jika kita belum bisa memahami apa makna tahun baru yang benar, jika keteledoran masih tetap kita lakukan, maka tidak ada gunanya kita hidup dalam dunia ini waktu itu laksana air yang mengalir ke hilir yang tak pernah lagi kembali ke hulu.

Waktu juga laksana anak panah yang terlepas dari busurnya yang juga tak akan pernah kembali. Kadang ia membangkitkan gairah dan semangat. Kadang ia memperdaya kita. 

Yakin Usaha Sampai

Penulis : Aulia Prasetya Mahasiswa Universitas Serambi Mekkah Asal Sabang.
Komentar

Tampilkan

Terkini