-->




Ternyata Cicilan Lebih Menyeramkan dari Corona

19 Maret, 2020, 11.08 WIB Last Updated 2020-03-19T04:08:33Z
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Seorang pengemudi ojek online, Agus (35) terus bekerja mencari nafkah sekalipun telah ada imbauan dari Presiden Joko Widodo untuk menetap di rumah untuk mencegah penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Sayangnya keinginan bertahan di rumah tak bisa dilakukannya.

"Saya sih maunya libur kak. Enggak kerja dulu sementara, cuma cicilan saya gimana?" kata, Rabu (18/3).

Ayah satu orang anak itu mengatakan, diri tidak khawatir untuk biaya makan selama dua minggu ke depan. Dia dapat menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akan tetapi tabungan itu tidak cukup untuk membayar kontrakan rumah dan cicilan sepeda motornya.

Setiap bulan, ia harus menyisihkan sedikitnya Rp 2.000.000 untuk membayar cicilan dan uang sewa rumah.

"Apa pemerintah mau menanggung cicilan saya?" tanyanya sembari berkelakar.

Setiap pagi, Agus berangkat dari kontrakannya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tujuannya mangkal di Stasiun Palmerah. Penumpang ramai yang turun di Stasiun Palmerah dan menggunakan jasanya ke tempat kerja.

Dia mengaku sempat khawatir karena dirinya masih mengojek seperti biasa di tengah penyebaran Virus Corona yang merata di Jakarta. Ia juga khawatir penumpang yang diantarkannya mentransmisikan virus pada dirinya.

"Cuma mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan meski sekarang ngojek juga sepi," ujarnya seperti dilansir dari Antara.

Agus tak sendiri, masih banyak warga lainnya yang masih beraktivitas seperti biasa meskipun Presiden Jokowi sudah memberikan arahan agar belajar, bekerja dan beribadah dari rumah.

Kondisi dilema seperti itu juga dialami Pupun (30), karyawan swasta. Dia mengaku harus tetap bekerja meski pemerintah menganjurkan untuk bekerja dari rumah.

"Banyak cicilan, lebih seram dari Corona," katanya sembari bercanda.

Dia mengaku, lebih seram jika didatangi debt collector. Mengingat cicilan yang harus dibayarnya setiap bulan itu, mau tak mau membuatnya harus tetap bekerja.

Ada dua cicilan yang harus dibayarnya setiap bulan yakni kartu kredit dan mobil. Setidaknya, ia harus menyisihkan Rp 4.000.000 setiap bulannya.

"Lagi pula, kantor belum ada ketentuan bekerja dari rumah," ujar Pupun yang membekali dirinya dengan masker dan cairan pencuci tangan antiseptik setiap keluar rumah itu.

Warga Jakarta lainnya, Epi (30), meminta agar semua kewajiban cicilan ditunda dulu. Pemerintah harus memberikan pengertian pada pihak perbankan maupun lembaga keuangan untuk menunda sementara penagihan cicilan.

Dengan setengah kesal, Epi mengaku baru saja ditelepon provider seluler padahal ia rutin membayar tepat waktu setiap bulannya.

"Takut gue enggak bayar kali. Padahal kondisi lagi kaya gini (prihatin)," tutupnya.[Merdeka]
Komentar

Tampilkan

Terkini