-->








Future Leader Challenge 2020, Sejumlah Tokoh Nasional Ajak Pemuda Menjadi Pemimpin yang Inovatif dan Solutif

28 September, 2020, 05.59 WIB Last Updated 2020-09-27T22:59:48Z
LINTAS ATJEH | BANDUNG - Sebagai lembaga kemanusiaan yang peduli pada peningkatan kapasitas pemuda di Indonesia, Dompet Dhuafa Pendidikan menginisiasi Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA), sebuah program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa untuk menjawab tantangan dan kebutuhan bangsa di Era Revolusi Industri 4.0, Minggu (27/09/2020).

FLC 2020 berlangsung pada 12-27 September 2020 yang dilaksanakan secara daring via ZOOM. Mengusung tema “Kolaborasi Kebaikan untuk Indonesia Berdaya”, FLC 2020 akan menggabungkan kepemimpinan nasional berlandaskan pengetahuan dan kompetensi milenial dalam mewujudkan Indonesia Berdaya.  

Menurut Muhamad Saepudin, Supervisor BAKTI NUSA, para pemuda butuh wadah khusus menampung potensi besar mereka, diharapkan FLC 2020 dapat menginspirasi dan memacu mereka menyelesaikan masalah di era teknologi sebagai Disruptive Leaders.

Hadir di FLC 2020 diantaranya beberapa tokoh nasional seperti Ir.Jamil Azzaini, M.M, Inspirator, CEO Kubik Leadership; Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, M.BA, Pengusaha dan politisi nasional; dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG, Kepala BKKBN, eks Bupati Kulon Progo; Dr. Emil E Dardak, B.Bus., M..Sc, Wakil Gubernur Jawa Timur; dan Prof.Dr. H. Irwan Prayitno, S.Psi., M.Sc, Gubernur Sumatra Barat.

Sebagai wadah berkumpulnya para pemuda hebat seluruh Indonesia, BAKTI NUSA menggelar perhelatan akbar Future Leader Challenge (FLC) 2020. FLC merupakan perhelatan nasional sebagai sarana pengembangan kemampuan kepemimpinan untuk enam puluh penerima manfaat BAKTI NUSA terpilih dari empat belas kampus besar di Indonesia seperti UI, IPB, UNPAD, ITB, UGM, UNS, UNSRI, UNAIR, ITS, UNDIP, UB, UNAND, UNSOED, dan USU.

Pada zaman ini penting bagi pemuda Indonesia memahami bagaimana cara menjadi pemimpin yang disruptif. Sebab dengan menjadi pemimpin yang disruptif, kita akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. “Ada tiga prinsip untuk menjadi disruptive leader, diantaranya create future, transform people, dan fast and discipline execution,” ujarnya. Tiga prinsip untuk menjadi pemimpin yang disruptif tersebut dijabarkan secara jelas dan lebih dalam oleh Jamil Azzaini kepada para peserta.

Pada prinsip Create Future (menciptakan masa depan), menurutnya seorang pemimpin haruslah menetapkan arah, bukan hanya mengikuti arah. Jamil Azzaini juga menyampaikan betapa pentingnya berpikir positif dan memiliki tujuan untuk Sukses Mulia, yang terdiri dari aspek harta, takhta, kata, dan cinta, ditambah aspek memberikan kebermanfaatan agar hidup lebih bermakna. Jamil Azzaini juga menambahkan bahwa Sukses Mulia merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan demi terciptanya keseimbangan hidup.

Lanjut dalam acara, Sandiaga Uno mengajak peserta menjadi pemimpin di tengah turbulensi yang dialami dunia akibat guncangan pandemi Covid-19. Dalam perubahan besar saat ini, calon pemimpin dituntut mampu memantik ide-ide kekinian sehingga melahirkan inovasi. Disruptive leader diharapkan menjadi sosok solutif bagi semua kalangan, menghindari adanya benturan kepentingan, dan mengesampingkan keuntungan pribadi.

"Krisis adalah peluang yang membuka kesempatan serta peluang kepada pemuda untuk melihat masalah di sekitar dan mampu mengajari mereka melakukan pendekatan berbasis solusi bahwa ini bukan tentang diri sendiri melainkan tentang hajat hidup orang banyak. Tugas disruptive leader ialah bertanya pertanyaan dasar dan betul-betul mengaspirasi dan menginspirasi agar bisa mengatasi tantangan bangsa untuk terus maju,” ujar Sandiaga Uno.

Ada 3C yang harus dimiliki seorang pemimpin: Competence, consistency, character. “Disruptive leaders berarti seorang pemimpin harus mampu membangkitkan optimisme masyarakat dengan meningkatkan komitmen, konsistensi, dan karakter. Keinginan menjadi disruptive leaders berarti pemuda tak boleh semangat hanya di awal saja, mereka mesti tangguh, dan memiliki value yang baik serta akhlak karimah,” lanjut Sandiaga Uno.

Politikus Muda Indonesia yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, membersamai sesi MIT yang dihadiri enam puluh penerima manfaat BAKTI NUSA 10 dan lima ratus peserta umum. Menurut Emil, kepemimpinan disruptive merupakan kepemimpinan yang mendistrupsi dalam artian positif dengan membawa teroboson pemikiran tidak biasa atau out of the box.

“Kala pandemi seperti saat ini banyak hal berubah dengan cepat dan kalau pemuda tidak mengikuti ritme tersebut maka akan tertinggal, sebab bukan hanya kita melakukan perubahan tetapi orang lain bahkan teknologi. Contohnya di Jepang, teknologi telemedicine dikembangkan secara besar-besaran sehingga memberikan distrupsi bagi dunia kesehatan, selain itu dapat dipastikan menggeser lapangan pekerjaan lama,” terang Emil.

Untuk mendukung semua perubahan yang ada, Emil menekankan perlunya peningkatan kualitas pendidikan. “Diperlukan pendidikan vokasi berkualitas dan gratis agar pendidikan dapat jangkau seluruh kalangan. Selain itu perlu adanya millennial job center untuk menghasilkan lapangan pekerjaan dan menciptakan pengusaha-pengusaha muda kompetitif,” tegas Emil.

Sementara itu Gubernur Jawa Tengah, H.Ganjar Pranowo, S.H.,M.I.P, menitipkan pesan kepada puluhan calon pemimpin Selamat atas terpilihnya 60 peserta, saya doakan sukses, kita butuh sharing kolaborasi dan menampilkan ide-ide brilian yang tidak menyakiti hati dalam menyelesaikan persoalan. Kita butuh inovasi dan kreasi yang bisa membantu persoalan yang ada dimasyarakat tentu ini cara berbakti kepada nusa dan bangsa, selalu mencintai tanah air dengan karya-karyanya. Mulai sekarang anda sudah memimpin baik diri sendiri, untuk orang sekitarnya dan kemaslahatan umat manusia. Salam untuk semuanya, jangan lupa pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun dan anda harus mengedukasi masyarakat sekitar.

“Tidak cukup inovasi, namun butuh revolusi atau reformasi. Harus ada perubahan yang sifatnya mendasar untuk mengubah suatu keadaan. Revolusi berarti ada perubahan cara pandang masyarakat agar tidak melakukan business as usual. Pemimpin harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Perubahannya dimulai dari diri sendiri agar bisa berkinerja lebih baik,” ujar dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG.

“Melalui proses dan ketentuan yang dijalani, maka itu yang memberikan nilai yang akan kita dapat nanti. Pemikiran out of the box bukan monoton harus dimiliki pemimpin dalam mencapai tujuan seiring perkembangan jaman. Pemimpin juga harus bermanfaat bagi masyarakatnya,” tutup Prof.Dr. H. Irwan Prayitno, S.Psi., M.Sc dalam sesi ini.

Meskipun dilaksanakan secara daring, namun antusiasme warganet membludak. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta yang akan mengikuti sesi Mega Inspiring Talk (MIT) yang akan dihelat pada Minggu (27/09), sebanyak 272 aktivis mahasiswa penerima Young Leader 2020 dari 60 kampus di Indonesia dan 500 peserta umum ambil bagian menjadi saksi sejarah terciptanya Disruptive Leaders di Indonesia.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini