-->








Quo Vadis Mahasiswa Aceh Usai Kuliah

28 Desember, 2020, 11.50 WIB Last Updated 2020-12-28T04:50:49Z

ACEH merupakan sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera, Indonesia dengan populasi penduduk mencapai 5 juta jiwa lebih menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS)  Provinsi Aceh. BPS Aceh menyatakan, Aceh menempati urutan pertama provinsi termiskin di Sumatera dan berada di posisi enam termiskin secara nasional. Padahal kita sama-sama tahu, Aceh dengan segala kelebihannya mendapatkan status sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi khusus (Otsus). Artinya sejak Aceh merdeka, Aceh belum mampu berdiri diatas kakinya sendiri baik secara ekonomi dll. Sebagai sampel, berdasarkan data dari BPS Aceh, tingkat pengangguran di Aceh mencapai 136 ribu orang dan lulusan universitas mendominasi pengangguran di Aceh.


Lantas apa yang terjadi dengan Aceh sekarang, padahal Aceh setiap tahunnya melahirkan pemuda-pemudi dengan berbagai titel yang didapatkan baik di luar negeri maupun dalam negeri. Dan mereka semua adalah putra putri lulusan terbaik universitasnya masing-masing. Orang bertanya, kenapa mahasiswa di Aceh banyak yang pengangguran?


Usut punya usut ternyata mahasiswa di Aceh minder, bahasa kerennya insecure dengan keadaan. Saya seorang lulusan sarjana kenapa saya harus berjualan kenapa saya harus pergi ke sawah, itulah karakter mahasiswa kebanyakan. Ia malu dengan status yang dia sandang. Lalu apa yang terjadi, kursi pekerjaan di pemerintahan tidak ia dapatkan, bekerja mandiri pun ia tidak mampu, secara tidak langsung grafik pengangguran di Aceh terus bertambah.


Citra kampus juga ikut anjlok akibat mahasiswanya banyak yang nganggur. Kampus tidak pernah salah dan kampus juga tidak bertanggungjawab atas terjadinya pengangguran. Kampus sudah melakukan tugasnya dengan baik memberikan ilmu pengetahuan, mendidik kedisiplinan dan lain sebagainya.


Masalahnya bukan terletak pada kampus ataupun mahasiswanya. Masalahnya ada pada sistem yang dijalankan oleh mahasiswa, pola pikir yang buruk menghasilkan kebiasaan yang buruk juga, bukan mahasiswanya tidak ingin berubah tapi karena mahasiswanya punya sistem yang keliru dalam melakukan perubahan ubahlah pola pikir maka kebiasaan-kebiasaan baik akan ikut dengan sendirinya. Dari berpikir kuliah mendapatkan pekerjaan menjadi kuliah untuk menciptakan lapangan pekerjaan.


Orang akan mencemooh, untuk apa kuliah kalau akhirnya nganggur. Saya pikir begini, jika ada orang yang mengatakan kuliah itu untuk mendapatkan pekerjaan di pemerintahan, saya tidak sependapat. Saya juga tidak setuju jika ada yang mengatakan bahwa prestasi mahasiswa paling tinggi ialah prestasi akademik. Semakin tinggi nilainya otomatis karir seseorang di tempat kerja kelak semakin tinggi pula.


Statement seperti di atas hanya akan merusak mental sebagian mahasiswa, kita tidak bisa memaksa ikan untuk memanjat pohon. Semua punya kelebihannya masing-masing, yang harus kita lakukan hanyalah kenali potensi kemudian latih sehingga dia menonjol dan keluar.


Prestasi atau sukses itu terjadi setelah kuliah bukan di ruang kuliah. Inilah mindset yang harus kita didik agar berubah. Menurut saya, prestasi paling tinggi yang didapatkan seorang mahasiswa ialah hard skill atau soft skill, inilah yang akan membantu mahasiswa setelah usai kuliah.


Bahwasanya kuliah bukanlah untuk mendapatkan pekerjaan di kursi pemerintah melainkan membuka lapangan pekerjaan, kendati demikian jika ada itu bonus. Pun jika kita bekerja sebagai petani, berniaga dll tidak masalah, jadi petani, petani yang cerdas punya wawasan luas, ia mampu mengelola sawah dengan baik. Ia mampu mengelola waktu dengan baik, mampu berbicara didepan umum, mampu membuka lapangan pekerjaan buat orang lain nggak perlu malu untuk mulai bekerja.


Pepatah mengatakan kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi. Sudah saatnya mahasiswa Aceh merubah langkah perjuangannya kita bukan "harus" tapi kita "berkesempatan". Harus bekerja di kursi pemerintahan tapi kita berkesempatan membuka lapangan pekerjaan.


Penulis: M. Al Firdaus (Mahasiswa UIN Ar Raniry Banda Aceh, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab)

Komentar

Tampilkan

Terkini