-->








Eks Tim Irwandi-Nova: Idealnya Muhammad Nazar yang Mengisi Wagub Aceh

27 Januari, 2021, 01.34 WIB Last Updated 2021-01-26T18:53:53Z

LINTAS ATJEH | NAGAN RAYA - Tokoh Muda Kabupaten Nagan Raya,  yang juga merupakan mantan  legislator  (DPRK),  Sayed Mustajab, S.Sos, ikut memberikan pendapat  terkait  proses pengisian  kekosongan  sisa  masa  jabatan  Wakil Gubernur  Aceh, periode 2017-2022 yang  hingga  sekarang masih  belum  dilaksanakan. Apa yang telah dimulai oleh PNA itu  sudah benar, dan seharusnya partai-partai pengusung lain ikut pro aktif.


Gubernur Nova Iriansyah sebagai  pembina sosial politik di daerah,  wajib mempercepat proses pengisian jabatan yang kosong itu. Karena  seorang Wagub memang  dibutuhkan oleh rakyat Aceh, bukan sekedar urusan yuridis formil belakang.


"Saya melihat diantara nama-nama  yang sudah beredar dalam  beberapa  bulan terakhir  ini, yang paling  ideal  dan diinginkan rakyat dari segala  sisi, yakni mantan Wakil Gubernur  Muhammad Nazar. Pada  tahun  2007-2012, beliau yang pernah sukses membangun Aceh bersama Irwandi Yusuf.  Maka  beliaulah  yang  pantas  menduduki bangku wagub  bersanding dengan Pak Nova,  sekarang," kata  Sayed, dalam  rilis yang diterima LintasAtjeh.com, Selasa (26/01/2021).


Sayed menambahkan, ini bukan  bermaksud  meremehkan figur-figur  lain. Tapi menurutnya, Muhammad Nazar memang pantas dan dikenal  kemampuannya, pengalamannya, kecepatannya dan bijaknya. Bukan hanya di kalangan publik di Aceh saja, tetapi kalau kita diskusi tentang tokoh-tokoh Aceh bertalenta kepemimpinan, berkemampuan dalam berbagai bidang pembangunan, komunikatif, mengusai pengetahuan umum dan agama, sekaligus memiliki legitimasi sosial yang sangat kuat,  sejak lama ketika sebahagian tokoh-tokoh lain belum berani berjuang, tapi  Muhammad Nazar,  malah namanya selalu dimasukkan dalam bursa calon menteri setiap usai Pilpres di Indonesia.


"Itu artinya seorang Muhammad Nazar memang bukan hanya dikenal secara nasional tetapi kapasitasnya memang di atas rata-rata figur lain yang diketahui hingga di luar Aceh," ucapnya.


Selain itu harus kita akui secara jujur, bahwa pembangunan Aceh pasca damai itu sangat sukses dan banyak rintisan inovatif pada masa pemerintahan Irwandi-Nazar,  meskipun dana APBA masa mereka dulu tidak sebanyak sekarang. Sejak tahun 2012 Aceh mulai punya dana besar dan bahkan masuk lima atau enam besar APBD terbesar nasional bersama beberapa provinsi lain.


"Sayangnya kesuksesan Irwandi Nazar itu tak bersambung pada masa pemerintahan setelah mereka ketika dana APBA lebih besar. Dan umum diketahui, kesuksesan pembangunan masa Irwandi-Nazar itu tak terlepas dari peran Wagub Muhammad Nazar juga, mulai dari ide, pemrograman hingga pengawasan lapangan,” ujar Sayed. 


Dijelaskannya,  saya melihat jika partai-partai politik pengusung Irwandi-Nova melihat secara jujur dan adil untuk kepentingan rakyat, pembangunan, pengisian perdamaian hingga kepentingan jaringan Aceh dengan nasional dan luar negeri, maka Muhammad Nazar adalah figur yang paling tepat dimajukan untuk mengisi kekosongan jabatan Wagub Aceh.


"Namun kalau bicara keinginan ingin jabatan ya tentu saja siapa saja ingin,  tetapi kalau ingin berdemokrasi sesuai aturan dan prinsip demokrasi pembangunan maka partai-partai politik harus mencari dan merekrut figur dari partai lain atau dari luar partai pengusung itu sendiri untuk diusung menjadi pemimpin,” tambah tokoh muda asal Nagan Raya itu.


Terlebih-lebih lagi, lanjut dia,  Muhammad Nazar dan jaringan SIRAnya dulu termasuk pendukung dan bergabung dalam Timses Irwandi-Nova, bukan oposisi pasangan Irwandi-Nova. Beberapa grup relawan yang memenangkan Irwandi-Nova,  juga ada yang difasilitasi oleh Muhammad Nazar. 


"Saya paham persis karena saya termasuk bergabung dalam Timses Irwandi-Nova di Pilkada 2017. Kemenangan Irwandi dan Nova itu tak dapat dilepaskan dari jalinan kekuatan politik lama,  yang terbentuk pada Timses Irwandi-Nazar di Pilkada 2006,  dan Timses Nazar-Nova pada Pilkada 2012. Artinya meskipun secara yuridis formal Muhammad Nazar dan SIRA bukan pengusung Irwandi-Nova, tetapi tokoh sentral aktivis sipil Aceh dan SIRA itu bukan orang-orang luar pagar, bukan orang-orang di luar gedung dalam pemenangan Irwandi-Nova. Mereka ikut memasang badan dan memobilisasi suara pemenangan,” beber Sayed.


Kalau bicara pengalaman untuk kapasitas selevel jabatan wagub,  lanjut dia,  saya kira memang tidak ada duanya untuk saat ini. Meskipun kandidat yang harus diusung final untuk divoting DPRA haruslah dua orang,  jika bicara faktor politik kekinian dalam hubungan eksekutif legislatif, hubungan pusat dan daerah.


Hubungan pemerintah Aceh dan kabupaten kota sampai bicara sisi beban berat Aceh yang sangat kompleks, luas areanya, pengawasan pembangunan, kepentingan resolusi konflik berkelanjutan, penanganan urusan-urusan sosial, agama, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, lingkungan hidup, wibawa pemerintahan daerah maka bang Nazarlah orang yang bijak untuk itu dalam membantu Gubernur Nova Iriansyah nanti.


"Karakter pribadi bang Nazar yang suka menjadi penyelesai  masalah dan tidak mudah terpancing konflik juga jarang dimiliki orang lain. Namun kalau bicara sekedar bagi-bagi proyek ya tak perlu lagi wagub, tetapi pembangunan itu bukanlah bagi-bagi proyek,” tegasnya lagi. 


Tokoh muda yang sedang aktif di dunia usaha dan tidak meninggalkan politik itu menutupi penilaiannya,  jika figur selevel kemampuan dan kehebatan seorang Muhammad Nazar itu. "Sangatlah disayangkan, kalau  tidak dimanfaatkan untuk pembangunan Aceh serta membantu Gubernur Nova Iriansyah,  sebagai wagub pengganti dengan sisa jabatan yang tidak lama  lagi,  sedangkan Aceh dengan segala kompleksitasnya sangat butuh percepatan dan penormalan pembangunannya," pungkas Sayed Mustajab.[*/Red]

Komentar

Tampilkan

Terkini