-->








Pakar Sebut Gempa Dahsyat Ancam Pulau Jawa: Kemungkinan 8,7 SR, Berpotensi Tsunami

10 April, 2021, 20.07 WIB Last Updated 2021-04-10T13:07:45Z
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano, membeberkan ancaman gempat dahsyat di Pulau Jawa. Bahkan, menurutnya kemungkinan terburuk gempa tersebut berkekuatan 8,7 SR dan berpotensi tsunami.

Hal itu diungkapkan Irwan Meilano menanggapi terjadinya gempa 6,7 SR di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Menurutnya, gempa di Malang tersebut menimbulkan potensi gempa yang lebih besar maupun tsunami.

Irwan pun lantas meminta masyarakat mewaspadai potensi dan risiko terjadinya gempa besar ini dengan mempersiapkan jalur evakuasi ke daerah yang dianggap aman, terutama di ketinggian.

“Sudah selayaknya kita persiapkan lebih baik lagi,” ujar Irwan Meilano.

Hal tersebut disampaikan Pakar Gempa dari ITB ini saat tampil di tayangan Breaking News tvOne, seperti dilihat pada Sabtu 10 April 2021.

Dalam tayangan program itu, Irwan juga menyinggung adanya peningkatan aktivitas gempa di kawasan Selatan Jawa Timur, dalam lima tahun terakhir.

Menurut Irwan, hal itu senada dengan apa yang pernah disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Dwikorita kala itu, kata Irwan, menyampaikan adanya peningkatan aktivitas gempa di Selatan Jawa Timur menimbulkan potensi gempa yang lebih besar maupun tsunami.

“Kemungkinan terburuk bisa terjadi gempa berkekuatan di atas 8. Atau tepatnya 8,7 skala Richter, dan juga berpotensi tsunami di selatan Jawa Timur,” ungkap Irwan.

Mengutip Hops.id, Irwan Meilano dalam tayangan program itu juga menyebut gempa di Malang tak ada hubungannya dengan cuaca buruk yang terjadi di NTT.

Pasalnya, menurut Irwan, badai Seroja yang menyapa NTT berkaitan dengan cuaca. Sementara gempa yang terjadi di selatan Jawa, merupakan aktivitas gerakan lempeng laut.

“Tidak ada hubungannya. Sebab ini gerakan lempeng di laut. Di selatan Jawa, memang kita pahami bahyak sekali gempa. Cuma yang perlu didalami, apakah aktivitas ini akibat pertemuan lempeng tektonik, pertemuan di dalam lempeng, atau di dalam bidang pertemuan lempeng,” ujarnya.[Terkini.id]
Komentar

Tampilkan

Terkini