-->








Peringati 100 Tahun Soeharto: Kisah Perjuangan Melawan Penjajah Hingga Memimpin Orde Baru

08 Juni, 2021, 18.54 WIB Last Updated 2021-06-08T11:59:31Z
Presiden Soeharto (Foto: Reuters)

LINTAS ATJEH | JAKARTA - Keluarga presiden kedua RI HM Soeharto menggelar peringatan satu abad atau 100 tahun kelahiran Soeharto di Masjid At Tien, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021).

Keluarga bercerita tentang perjuangan Soeharto sejak melawan penjajah hingga masa Orde Baru. Putri sulung Soeharto Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut Soeharto bercerita tentang Pak Harto sebagai sosok orangtua dan sebagai pemimpin bangsa.

Dia mengatakan bahwa ayahnya banyak menghabiskan waktu untuk berjuang dan mengisi kemerdekaan dengan merebut dan mempertahankan kemerdekaan hingga dinobatkan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.

Tutut bercerita mengenai perjalanan panjang sang bapak pembangunan tersebut. Tepat 100 tahun lalu Soeharto lahir di Kemusuk, Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 8 Juni 1921.

Sejak kecil Soeharto dididik dengan kultur Jawa yang taat akan agama. Menginjak remaja orangtua Pak Harto tersebut aktif dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Kemudian setelah proklamasi, Soeharto juga ikut mengangkat senjata mengusir penjajah termasuk melakukan perebutan senjata penjajah.

"Bapak ditakdirkan memimpin serangan umum 1 Maret 1949 yang amat penting maknanya perjuangan Indonesia," kata Tutut.

Selain itu, Soeharto juta dipercaya memimpin operasi Mandala pembebasan Irian Barat dan mengatasi pemberontakan PKI. Pak Harto, kata dia, merupakan orang yang tekun dan tegas yang selalu dihormatinya.

Menurut dia, setiap langkah the smiling general itu selalu dilandasi kedisiplinan militer yang telah terbangun sejak remaja.

"Bapak ikut terlibat langsung dalam fase kehidupan bangsa mulai perjuangan, mempertahankan, kemerdekaan hingga melakukan pembangunan," jelasnya.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Pada fase pembangunan Soeharto kemudian ditakdirkan memimpin bangsa selama lebih 30 tahun berikutnya. Soeharto telah mempu membawa Indonesia keluar dari fase keterpurukan yakni sebanyak 60 persen rakyat terjebak pada kemiskinan.

"Kemudian bangsa kita berhasil membangun ekonomi tumbuh secara konstan sebesar 7 persen. Alhamdulillah kemiskinan berhasil ditekan angka 11 persen hingga penghargaan demi penghargaan dunia telah diterima Indonesia. Di antara 1985 mendapat penghargaan WHO karena berhasil menciptakan swasembada beras," jelasnya.

Pembanguanan terencana yang mengacu GBHN melalui pelita dan replita membawa Indonesia menjadi negara berkembang. Kemudian pada akhir Orde Baru, Indonesia telah berada negara industri baru atau sebagai Macan Asia.

"Suka atau tidak suka itu menjadi tahapan hingga saat ini," beber Tutut.

Dalam kehidupan keluarga, Soeharto selalu mengingatkan pada pedoman tentang Tri Dharma Mangku Negara. Sebuah doktrin Pangeran Samber Nyowo yang merupakan eyang leluhur dalam menumbuhkan rasa cinta rakyat.

Doktrin itu dikenal dengan Tri Dharma berisi tentang rakyat harus tumbuh rasa memiliki terhadap bangsa secara mendalam. Jika telah tumbuh tentang pemahaman bangsa, maka akan tumbuh rasa memiliki menjaga rakyat Indonesia.

Kemudian, untuk kesejahteraan bersama memiliki rasa tangung jawab telah mampu menghantarkan bangsa Indonesia yang diridhoi Allah. "Semua ajaran dirangkum dalam buku butir-butir bahasa Jawa," jelasnya.

Tutut juga menjelaskan pesan Soeharto untuk pandai bersyukur. Keluarga diminta pandai bersyukur dan tidak hanya menikmati gemerlap kehidupan. "Kami ditempa mencintai perjuangan terhadap bangsa untuk mewujudkan cita-cita adil makmur berdasarkan Pancasila," pungkasnya.[Okezone]
Komentar

Tampilkan

Terkini