-->








Eko Yuli Irawan Raih Perak Olimpiade, Sebelumnya Sempat Berkonflik dengan PABSI

25 Juli, 2021, 18.54 WIB Last Updated 2021-07-25T11:54:26Z
LINTAS ATJEH | TOKYO - Eko Yuli Irawan berhasil menyumbangkan medali perak untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo. Atlet 31 tahun itu merebutnya dari cabang angkat besi, Ahad, 25 Juli 2021.

Keberhasilan itu sekaligus memupus kekhawatiran bahwa Eko akan terganggu performanya di Olimpiade Tokyo karena masalah yang muncul selam persiapan.

Menjelang Olimpiade Tokyo, Eko sempat berpolemik dengan Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia. Namun, ia tetap memasukkannya dalam kontingen yang dikirim ke Jepang.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Eko meninggalkan Pemusatan Latihan Nasional pada 15 Januari lalu, karena Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) tak memenuhi permintaannya menambah pelatih.

"Seminggu latihan di sana dikasih jawaban ditolak. Padahal sudah komitmen," kata Eko saat ditemui di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu, 14 April lalu.

Dilansir dari Majalah Tempo edisi 17 April 2021 dalam artikel berjudul "Pilih-pilih Pelatih Angkat Besi", polemik antara Eko dengan PB PABSI itu sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu ketika dia memutuskan meninggalkan pelatnas dan berlatih mandiri di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat.

Selanjutnya: Cerita Detail Perselisihan Itu

Menurut Eko, keinginan memasukkan Lukman sebagai pelatih tambahan, karena merasa cocok dengan program yang diberikan. Di Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012, Lukman melatih Eko yang berhasil meraih medali perunggu. Adapun, di Olimpiade Rio de Jainero 2016, ia dilatih Dirdja Wihardja dan menyumbang medali perak.

Eko mengaku telah mengkomunikasikan keinginannya dilatih Lukman kepada Wakil Ketua Umum PB PABSI Djoko Pramono, pelatih Dirja Wihardja dan Erwin Abdullah, serta Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABSI, Hadi Wihardja.

"Setelah itu disampaikan ke ketua umum, dengan komitmen masuk ke mess pada 11 Januari," ujar atlet berusia 31 tahun ini. Djoko, kata Eko, menolak permintaannya karena khawatir akan merusak harmonisasi tim yang telah terbentuk.

Menurut Eko permintaannya itu tidak otomatis mengganti Erwin Abdullah yang selama ini mendampinginya dan memberikan program latihan. "Tak ada masalah, Pak Erwin terbuka kok. Kita bisa berkolaborasi bareng," ucap dia.

Namun keputusan PB PABSI telah bulat, Eko diberi pilihan bergabung atau mundur dari pelatnas. “Latihan di sini silakan, mau di luar silakan, tetapi tidak bisa pakai uang APBN karena ada aturan yang dibuat pemerintah,” kata Djoko di Wisma Kwini, tempat latihan lifter pelatnas, Senin, 12 April lalu.

Djoko menjelaskan, alasan tidak mengabulkan permintaan Eko agar tak ada anak emas di pelatnas. Dalam perekrutan pelatih, kata Djoko, terdapat beberapa kriteria di antaranya rekam jejak dan sertifikasi.

Meski Lukman bersertifikat internasional, Djoko menyebutkan itu bukan jaminan bakal mampu bekerja sama dengan jajaran pelatih lain. "Pelatih kita belum punya sertifikat menghasilkan macam-macam prestasi. Ada yang bersertifikat internasional, dipakai negara lain, ternyata bikin onar," ucap dia.

Lukman yang langganan melatih Timnas Angkat Besi Indonesia mulai tersingkir setelah Olimpiade London 2012. Saat itu, dia tengah mempersiapkan lifter untuk Asian Games XVII di Incheon, Korea Selatan 2014. Lukman dianggap bersalah karena mengizinkan lifter Malaysia ikut latihan bersama Timnas tanpa restu Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI).

“Saya akui kesalahan. Saat itu, saya pikir itu biasa karena lifter Malaysia sering berlatih dengan lifter daerah Bekasi,” kata Lukman dari Bangkok, Thailand, Rabu, 14 April lalu.

Lukman, kelahiran Lampung 7 Juli 1966 yang sejak 2018 menjadi pelatih kepala Timnas Angkat Besi Thailand, merasa tidak diberi kesempatan untuk mengklarifikasi masalahnya. Ia langsung diberi sanksi tegas tidak boleh lagi menangani tim nasional maupun daerah.

“Ada yang menjelek-jelekkan saya dengan tujuan ingin menggantikan posisi saya," ujar pelatih yang menulis surat pengunduran diri dari pelatnas pada 28 Mei 2014 itu. Ia lalu menjadi pelatih kepala Timnas Angkat Besi Malaysia 2014-2016.

Komite Olimpiade Indonesia atau National Olympic Committee (NOC) Indonesia akhirnya turun tangan menengahi masalah. Sekretaris Jenderal NOC Indonesia Ferry Kono melalui e-mail, 8 April 2021, menjelaskan NOC Indonesia memutuskan memanggil Lukman, pelatih yang diinginkan Eko. Untuk membayar Lukman, NOC Indonesia mencari sponsor.

Jalan tengah itu kini terbukti telah jadi jalan sukses. Eko Yuli Irawan mampu mempersembahkan medali perak di cabang angkat besi Olimpiade Tokyo.[Tempo]
Komentar

Tampilkan

Terkini