-->








Boh Ara: Kami Butuh Kesejahteraan Bukan Bendera

14 Agustus, 2021, 13.47 WIB Last Updated 2021-08-14T10:52:51Z

LINTAS ATJEH | ACEH TIMUR - Melihat kehidupan masyarakat miskin yang sangat menyedihkan, mantan Ajudan Panglima GAM Wilayah Peureulak, Sofyan M. Dhia menyarankan para elit politik Aceh untuk fokus memikirkan bagaimana caranya meningkatkan ekonomi rakyat dan jangan lagi selalu memainkan isu bendera.


"Saudara-saudara kami di desa-desa yang ikut berjuang pada masa Konflik dulu dari perdamaian hingga kini kehidupan ekonominya sangat memprihatinkan. Jangankan membangun rumah, untuk beli sendal jepit saja tidak mampu. Jadi tolong perhatikan mereka," kata Sofyan yang akrab disapa Boh Ara saat ditemui LintasAtjeh.com di Peurelak, Kabupaten Aceh Timur, Sabtu (14/08/2021).


Menurutnya, persoalan bendera itu hanyalah permainan dari segelintir orang yang ingin mendapatkan uang dari Pemerintah pusat saja. Apalagi disaat menjelang pemilu, pasti para politikus Aceh akan menyuarakan perjuangan bendera demi memperoleh suara dari masyarakat.


"Kami sudah bosan dengan nyanyian dan janji-janji politik, masyarakat Aceh tidak bodoh dengan pepesan kosong para politikus ini," ketus Boh Ara.


"Mereka menyuarakan bendera hanya mengharapkan uang dari Pemerintah Pusat, setelah dapat uang, mereka akan diam. Ibarat ular yang sedang kelaparan, setelah kenyang pasti diam," imbuh mantan pengawal Almarhum Abu Sanusi itu.


TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM


Boh Ara yang pada masa menjelang perdamaian Aceh diangkat sebagai Komandan Operasi (Dan Ops) Sagoe Rambong Payoeng, D1 Wilayah Peureulak ini juga menyampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan kawan-kawan seperjuangannya dulu akan angkat senjata kembali jika kehidupan perekonomian mereka tidak diperhatikan oleh Pemerintah Aceh khususnya para elit politik yang dahulu sama-sama di hutan. 


"Jadi, berhentilah membual seperti orang penjual obat kurap, tetapi dia sendiri jidatnya berkurap. Lihatlah para mantan GAM yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan," tegas Boh Ara.


"Tunjukkan rasa kebersamaan seperti saat di hutan dahulu. Janganlah setelah kalian (Elit Politik Aceh_red) makan enak, melupakan kawan-kawan seperjuangan," imbuhnya.


Lanjut Boh Ara, selama ini kami hanya diam dan mengikuti kemauan para elit politik. Tapi kalau sekarang kami telah bosan dengan janji-janji yang selalu diumbur untuk meraih suara dalam pemilu. Bukannya kami tidak tahu bahwa Pemerintah Pusat menggelontorkan dana Otonomi Khusus (Otsus) yang cukup besar untuk Aceh dari tahun 2008 hingga sekarang yang salah satu tujuannya untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat Aceh seperti tertuang dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) pasal 183 ayat 1. 


"Tapi dalam realitanya dana Otsus hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, sementara kami masyarakat kecil hanya menonton kalian menikmatinya," bebernya.


Boh Ara menduga, untuk menutupi kelemahan dalam pengelolaan dana-dana besar yang diberikan Pemerintah Pusat tersebut, para elit politik setiap tahunnya terkesan sengaja berkicau tentang perjuangan pengesahan bendera Aceh kepada masyarakat.


"Masyarakat Aceh butuh kesejahteraan, jadi berhentilah bualan tentang perjuangan untuk pengesahan bendera Aceh," pungkas Boh Ara.[Sm]

Komentar

Tampilkan

Terkini