-->








Diskusi Akbar HMI: Gerakan Intelektual Harus Tetap Dirawat

05 Agustus, 2021, 09.12 WIB Last Updated 2021-08-05T02:12:10Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Diskusi akbar HMI yang diselenggrakan oleh Alumni LK II HMI dari berbagai komisariat melalui via zoom menghasilkan buah pikiran yang sangat matang dan relevan untuk digerakkan bersama di saat kondisi pandemi saat ini, berlangsung Rabu (04/08/2021) pukul 14.00-16.30 WIB. 

Stering Commite, Shiddiq Mubarak melalui Ketua Panitia Rizky Azhari Saputra yang merupakan Alumni LK II 2021 dari Komisariat FISIP USK, menyatakan bahwa diskusi ini berlangsung dengan sangat khidmat dan tenang yang dihadiri ratusan peserta melalui via zoom. 

Pada perjumpaan kali ini, seminar ini sengaja menghadirkan aktivis kampus yang memiliki jiwa progresif yaitu antara lain Reza Hendra Putra, T. Muhammad Shandoya, Viky Nurhakim.

Reza Hendra Putra mengungkapkan untuk berhenti bersikap skeptis terhadap sesama mahasiswa. Yang perlu kita skeptiskan terhadap pemerintah.

"Mari berbenah diri untuk bertanggungjawab sebagai khalifah fil ard, menjadi man of future saling evaluasi diri dan mengimplementasikan Tri Dharma, dan tujuan HMI," katanya.

Sedangkan Aktivis Muda USK yaitu T.M Sandoya juga mengatakan bentuk kemundurannya terletak pada agent atau manusianya. Yang paling nampak terlihat adalah memudarnya budaya berpikir analitis, kritis dan reflektif.

"Solusinya harus ditumbuhkan kembali budaya organisasi yang ideal, misal diskusi, dsb," ujarnya. 

Bahkan, dia mengungkapkan dengan tegas bahwa HMI harus dikembalikan ke habitatnya. "HMI  yang notabenenya adalah mahasiswa dan pemimpinnya juga berasal dari mahasiswa harus memiliki paradigma yang progresif terhadap pengkaderan dan harus sesuai dengan tuntutan zaman," tandasnya. 

Sebagai penutup, Viki Nur Hakim memberikan pesan tentang bagaimana kita harus berfikir lebih maju dengan tidak meremehkan para generasi muda terutama yang berasal dari kaum wanita. Karena banyak perubahan itu ditentukan oleh para wanita yang mampu melahirkan kader terbaik.

"Tak hanya itu, mereka bisa menjadi aktor utama dalam perubahan, sejarah telah mencatat betapa hebatnya para kaum wanita dalam mengubah tatanan dunia," tegasnya. 

Dia juga juga mengatakan gerakan HMI tanpa Kohati itu diskriminasi. Maka dari itu, setiap gerakan harus melibatkan perempuan, terutama gerakan kecerdasan.

"Karena kecerdasan anak ini diwarisi dari gen ibunya. Kalau baik Kohatinya bukan hanya HMI yang baik, tapi dunia ini juga akan baik. Kan itu!" paparnya. 

Dikatakannya, banyak revolusi itu di mulai dari para pemuda. Sudah saatnya meja kopi melahirkan aksi bukan hanya orasi lalu ditelan bumi.

"Mahasiswa sangat membutuhkan diskusi yang seperti ini yang tidak mengutamakan isu politik sebagai jalan pintasnya. Tapi menjadikan diskusi ini sebagai wadah pembuka wawasan dan pengetahuan," tutupnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini