-->








Problem Jaringan Internet Saat Kondisi Cuaca Kurang Kondusif

09 Desember, 2021, 18.58 WIB Last Updated 2021-12-09T12:13:32Z
HAMPIR DUA TAHUN dunia, termasuk Indonesia, dilanda pandemi Covid-19. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada dunia kesehatan, sosial, dan ekonomi, tapi juga pendidikan. Selama pandemi, sekolah bahkan perguruan tinggi lebih banyak menerapkan sistem pendidikan jarak jauh atau belajar daring. 

Di tengah maraknya wabah Covid-19 belakangan ini, menerapkan pembelajaran berbasis digital atau e-learning sangat bermanfaat untuk melindungi peserta didik dan juga pendidik dari penyebaran virus Covid-19. 

Pembelajaran daring memang unggul dalam hal waktu, tempat serta biaya. Bisa dari mana saja, kapan saja dan tentunya menjadi penghematan tersendiri khususnya bagi mahasiswa yang jika pembelajaran tatap muka (PTM) diselenggarakan harus merantau dari rumah, belum lagi saat ini pemerintah menyuplai pembelajar dan pengajar dengan bantuan kuota internet.

Namun demikian bukan berarti tanpa kelemahan, kurangnya interaksi dalam belajar tentu akan sangat berdampak terhadap pemahaman materi yang didapat. Terlebih lagi bagi mahasiswa yang menekuni bidang sains. Terbatasnya media pengajaran seperti papan tulis, alat peraga penunjang materi tentu menjadi problem tersendiri bagi mahasiswa yang dituntut harus bisa menguasai materi hanya dari bahan pdf yang diberikan pengajar.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Problem terbesar yang sangat sering terjadi adalah gangguan koneksi internet saat cuaca sedang kurang kondusif. Seperti Saat ini di beberapa daerah di Indonesia tengah diguyur hujan deras, sehingga tak jarang koneksi internet terganggu atau bahkan terputus. Situs Institut Insinyur Elektrik dan Elektronik (IEEE) mengatakan Hujan memang bisa memengaruhi kualitas jaringan selular. Sehingga kualitas jaringan di suatu wilayah akan terganggu sementara ketika hujan. 

Secara umum, gelombang radio pada layanan seluler memang akan terpengaruh ketika terjadi perubahan cuaca. Baik itu Petir, hujan lebat bahkan awan yang tebal, semua bisa mengganggu kelancaran jaringan telepon. Jangkauan seluler biasanya menjadi tidak merata, kejernihan suara saat bertelepon terganggu, dan kecepatan data melambat. Sinyal ponsel dari BTS dihantarkan oleh ion-ion positif yang bertebaran di udara. Saat terjadi hujan lebat dan angin kencang, susunan ion di udara menjadi tidak beraturan. Tetesan air yang jatuh menghambat hantaran listrik. Sehingga, kelancaran pancaran sinyal selular terganggu.

Permasalahan inilah yang menjadi kendala besar bagi pengajar dan pembelajar karena saat ini jaringan merupakan media dasar yang sangat dibutuhkan agar pembelajaran secara daring bisa berjalan. Tak jarang peserta didik tidak bisa mengikuti kelas dikarenakan kendala jaringan dan tak jarang pula pengajar tidak bisa mengajar dikarenakan kendala jaringan. Ini tentu sangat tidak kondusif bagi dunia pendidikan.

Dikarenakan buruknya jaringan tentu membuat Perseta didik tidak efektif dalam pemahaman materi, sehingga saat ini tidak sedikit peserta didik sudah tidak jujur dan memilih menggunakan media pembantu seperti google dan aplikasi belajar lainya, untuk dapat menyelesaikan soal ujian demi nilai yang memadai. Dikarenakan hal itu pula saat ini peserta didik mulai memiliki rasa ketergantungan dengan media pembantu sehingga sudah tidak memiliki kepercayaan diri untuk menunjang ujian. Percaya diri merupakan kunci dalam menghadapi ujian, sekeras apa pun seseorang belajar jika tidak memiliki kepercayaan diri maka itu bisa saja akan sia-sia.

Seperti yang telah diketahui berapa sekolah dan perguruan tinggi di wilayah PPKM di level 1, level 2 dan level 3 kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, pada semester gasal tahun akademik 2021/2022. Namun harus diiringi dengan protokol kesehatan ketat serta dikombinasikan dengan pembelajaran daring seperti halnya pada mata kuliah umum. 

Seperti yang dikatakan pada Surat Edaran dirjen Dikti ristek kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi. Nomor 4 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2022. Akan tetapi tidak semua sekolah dan perguruan tinggi telah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) ada juga yang masih belajar secara daring.

Maka dari itu sangat diharapkan kepada pemerintah agar dapat berkerja sama dengan operator-operator jaringan seluler di Indonesia, untuk lebih memerhatikan permasalahan jaringan yang terjadi dengan berupaya meningkatkan performa jaringan.

Perubahan cuaca ekstrem memang tidak dapat dihindarkan namun penstabilan dan pemulihan jaringan internet saat cuaca ekstrem mungkin dapat diupayakan.

Sebagi penutup, menurut penulis sudah saatnya dan sudah seharusnya pemerintah lebih meningkatkan peforma internet di indonesia tidak hanya di wilayah kota namun juga di wilayah pelosok desa yang saat ini memang sedang sangat membutuhkan perhatian besar terhadap jaringan internet. 

Pelajar tidak hanya berasal dari kota saja ada banyak sekali pelajar yang berasal dari pelosok desa, yang tanpa disadari ternyata mereka memiliki potensi yang besar namun harus terkubur karena kurangnya teknologi yang bisa dijangkau untuk dapat mengekspresikannya.

Penulis: Shafarani Mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Syiah Kuala
Komentar

Tampilkan

Terkini