-->




Wow! Ternyata Begini Perjalanan Ekonomi dan Keuangan Israel

03 Mei, 2023, 16.56 WIB Last Updated 2023-05-03T10:29:10Z

ISRAEL dikenal sebagai kelompok yang memiliki wilayah yang paling kontroversial di Timur Tengah. Mereka selalu mewarnai konflik selama ribuan tahun, akibatnya banyak tekanan politik yang mereka dapati dan dikucilkan hampir seluruh negara di dunia. Belum lagi dampak dari beberapa konflik tersebut yang hampir melenyapkan sebuah negara dari peta dunia. Dengan kondisi mereka yang seperti itu tentu dunia mengharapkan Israel tidak akan bertahan lama. Namun tak disangka, Israel bahkan mendapatkan wilayah dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang dinilai paling maju dan tidak bisa diremehkan di kawasannya.

Terlepas dari kontroversi yang ada, tulisan ini bermaksud menggambarkan perjalanan ekonomi dan keuangan Israel hingga dapat menanggani krisis yang mereka hadapi sebelumnya serta meningkatkan laju perekonomian hingga diakui oleh dunia.

Berdasarkan Laporan Human Development Indeks yang dipublish oleh United Nations Development Programme (UNDP), Israel menduduki urutan ke-22 dari 191 negara yang dihitung dari tahun 1980 sampai 2021. Tak hanya itu, Literasi masyarakat Israel pun berada pada angka 97.1%. Begitu juga dengan Indeks usia Harapan Hidup mereka pun juga berada pada standar yang tinggi yaitu pada usia 83,5 tahun. Indeks Harapan Hidup yang tinggi menandakan berhasilnya aspek-aspek seperti fasilitas kesehatan, keseimbangan gizi makanan, harapan hidup yang tinggi dari ancaman penyakit dan juga perang.

Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan mengapa mereka bisa semaju itu, padahal hampir 95% lahan yang mereka miliki merupakan tanah yang gersang dan tidak bisa ditanami sumber makanan apapun. Dan dari segi SDM, dua per tiga dari 1,1 juta penduduk mereka pada saat itu hanya kumpulan imigran pengungsi korban holocaust yang terlantar di kapal pengungsian, karena tidak ada satupun yang mau menampung mereka.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan ekonomi Israel. Kendati demikian, agar pembahasan lebih terfokus dan dalam, tulisan ini hanya akan menguraikan bagaimana Israel memanfaatkan sumber-sumber keuangan negara dan membelanjakannya untuk menanggani krisis-krisis yang mereka hadapi.

Sumber finansial Israel

Pada awal masa dekralasinya, tahun 1948, Israel masih menggantungkan finansialnya dari bantuan negara luar seperti dari  Amerika, Prancis, Inggris dan biaya ganti rugi dari Jerman Barat pada Israel yang mana dua per tiga dari keseluruhan jumlah penduduk mereka merupakan korban dari persekusi Nazi atau dikenal dengan kasus holocaust. Mereka juga mendapatkan dana dari penjualan obligasi dan donasi yang mereka dapatkan dari komunitas negara Yahudi di seluruh dunia.

Sumber-sumber dana yang mereka dapatkan ini digunakan untuk pembangunan nasional. Nah,  Pembangunan mereka ini dipayungi oleh organisasi serikat buruh yang mana organisasi tersebut berhasil menggerakkan perusahaan di berbagai sektor seperti pertanian, transportasi, telekomunikasi, perbankan, dan sebagainya.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Mayoritas imigran-imigran yang dulunya ditampung mereka merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi yang memiliki keahlian. Dengan skill teknologi yang mereka punya, tanah yang dulunya gersang berhasil menumbuhkan 240 juta pohon dengan sistem daur ulang air otomatis yang menyeluruh ke wilayah mereka. Industri pertanian mereka maju pesat dengan teknologi modern bahkan mereka menjadi eksportir teknologi pertanian ke negara lain. Mereka juga memiliki perusahaan besar di industry pertanian seperti Netafim, perusahaan tersebut kini beroperasi di 110 negara termasuk Indonesia.

Anggaran yang dikeluarkan

Banyak konflik yang melibatkan Israel dan kawasan disekitarnya, seperti: Krisis Suez (1957), Perang 6 Hari (1967), Perang Yom Kippur (1974), Perang Lebanon (1982-2000), Intifada Pertama (1987-1993), Intifada Kedua (2000-2005), Perang Lebanon (2006), dan Perang Gaza (2008-2009). Nah, dari seluruh konflik tersebut, kekuatan teknologi dengan sdm yang unggul menjadi kunci bagi mereka. Sehingga hal tersebut membuat Israel melakukan riset dan fokus pada aspek pertahanan juga kualitas pendidikan sdm yang unggul. Anggaran yang mereka keluarkan untuk dua hal tersebut juga tidak main-main.

Mereka pernah mengeluarkan anggaran untuk militer sebesar 30% lebih dari PDB [sumber :World Bank] sedangkan untuk anggaran pendidikannya mencapai 6% lebih dari PDB [sumber:UNESCO]. Kalau kita bandingkan dengan Indonesia tentu berbanding jauh mengingat Indonesia bukanlah termasuk wilayah konflik.

Melalui alokasi anggaran militer yang besar, Israel banyak melahirkan ilmuwan perang dan berhasil memproduksi senjata perang yang bisa dikatakan hampir setara dengan kecanggihan Amerika Serikat. Kemajuan di bidang militer tentu akan berdampak besar pada perekeonomian sebuah negara. Karena dengan memproduksi senjata tersebut mereka menjadi negara eksportir senjata dan peralatan militer ke banyak negara. Dan inilah yang menjadi salah satu sumber kekuatan ekonomi Israel yang berkembang sampai saat ini.

Komunitas Diaspora

Melihat latar belakang Israel yang dipenuhi dengan konflik dan dimusuhi oleh hampir semua negara. Tentu tidak ada satu pun investor yang ingin menginvestasikan uang mereka kesana. Lantas, bagaimana bisa Israel memiliki dana yang besar untuk ‘kesuksesan’nya tersebut?

Sejak awal berdiri, Israel begitu kental dengan aliran Yahudi. Mereka bahkan memiliki jaringan komunitas sesame Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Orang-orang Yahudi ini sangat menjunjung tinggi atas identitas mereka dan terus memberikan kontribusi ke Israel termasuk dalam pembelian obligasi Israel sebagai bentuk dukungan mereka terhadap wilayah Israel.  Bahkan pembisnis kelas dunia yang kita kenal sekalipun yang masuk ke dalam komunitas ini ikut memperlancar bisnis dan hubungan politik mereka dengan negara lain.

Sebagai penutup, diluar pro-kontra dengan Israel, tulisan ini mengakui bahwa Israel itu serius dalam membangun ekonomi dan ketahanan wilayahnya, memanfaatkan dana bantuan asing dengan baik. Jika kita tinjau lebih lanjut mungkin cuman Jepang dan Israel yang  berbuat demikian pasca konflik. Selebihnya banyak yang menggunakan dana bantuan tersebut hanya untuk memperkaya oligarki.

Penulis: Cut Khairi Imilda (Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala)

Komentar

Tampilkan

Terkini