-->

Pakar Dunia Sebut Indonesia, Tanda Kiamat Makin Cepat?

07 Juni, 2024, 22.30 WIB Last Updated 2024-06-08T22:28:13Z
Foto: Warga menggunakan payung untuk menghindari paparan sinar matahari di kawasan Jakarta, Senin (17/4/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Tanda 'kiamat' makin sering terdengar dan digaungkan para pakar. Temperatur Bumi terus mencatat rekor terpanas dari bulan ke bulan.

Para ilmuwan dan pakar iklim terus mewanti-wanti suhu Bumi akan melewati batas maksimum yang disepakati pada konferensi iklim di Paris 2015 lalu.

Lembaga pengawas iklim di bawah Uni Eropa, Copernicus, mendeklarasikan bulan Mei 2024 sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah. Ini menandai 12 bulan berturut-turut Bumi mencatat rekor suhu tertinggi, dikutip dari Fast Company, Jumat (7/6/2024).

Secara terpisah, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi suhu global rata-rata dari 2024-2028 akan melampaui batas 1,5 derajat celcius sejak era pre-industrial yang disepakati pada pembicaraan di Paris.

Dalam jurnal Earth System Science Data yang dipublikasikan 57 ilmuwan, peningkatan suhu pada 2023 lebih signifikan ketimbang 2022 lalu.

Para ilmuwan sebenarnya tak terkejut dengan tren ini. Masifnya penggunaan bahan bakar fosil dan peningkatan karbon dioksida yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global sudah sejak lama disuarakan.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Pada 2023, level gas panas yang terperangkap di atmosfer mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah, menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).

Karbon dioksida meningkat gila-gilaan akibat gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Pada 2023, jumlah karbon dioksida tercatat pada peringkat ke-3 tertinggi dalam 65 tahun, menurut NOAA.

Efek meningkatnya suhu Bumi secara signifikan membawa 'kiamat' bagi manusia. Perubahan iklim membuat cuaca berubah-ubah dan sulit diprediksi. Bencana alam dan gelombang panas juga tampak menyerang beberapa wilayah dalam periode acak.

Gelombang panas yang menerjang Asia baru-baru ini membuat sekolah tutup di Filipina dan banyak orang tewas di Thailand. Tercatat pula cuaca panas pecah rekor di Indonesia, Malaysia, Maldives, dan Myanmar.

Di India, gelombang panas selama beberapa minggu juga membuat sekolah tutup dan banyak orang meninggal.

Ilmuwan memperingatkan jika suhu rata-rata Bumi menembus batas 1,5 derajat, maka situasi akan bertambah parah. PBB meramalkan perubahan besar di ekosistem Bumi akan dimulai pada suhu rata-rata 1,5 dan 2 derajat Celcius.

Beberapa di antaranya akan ditandai dengan punahnya terumbu karang, melelhnya gunung es, dan musnahnya beberapa tumbuhan dan hewan. Cuaca ekstrem yang membunuh manusia dan menghancurkan infrastruktur pun tak terelakkan.

Untuk mereduksi perubahan iklim, penggunaan bahan bakar fosil benar-benar harus disetop. Sebab, hal tersebut menjadi faktor paling besar pada pemanasan global.

"Sebelum gas rumah kaca berhenti diproduksi, Bumi akan terus memecahkan rekor suhu, diiringi cuaca ekstrem dan bencana alam," kata Jennifer Francis, ilmuwan di Woodwell Climate Research Center di Massachusetts.

Ilmuwan mengatakan peralihan energi terbarukan memang sudah digencarkan, tetapi harus lebih digenjot lagi.[CNBC Indonesia]
Komentar

Tampilkan

Terkini