-->








Dr. Kamal Arif, IAI: Ide Hebat Peusaba Kembalikan Kejayaan Gampong Pande

11 September, 2017, 20.03 WIB Last Updated 2017-09-11T13:03:30Z
BANDA ACEH - Penasehat Peusaba Dr. Kamal Arif, IAI, mengapresiasi ide sangat hebat dari kalangan aktifis Peusaba untuk mengembalikan kejayaan Gampong Pande. Menurutnya sangat perlu membangkitkan kembali komunitas Pande (ahli pertukangan) Aceh. Meriam-meriam produksi Aceh yang kini tersimpan di Museum militer di Bronbeek Arnheim, Belanda sangat tinggi kualitas craftmenshipnya. 

"Saya pernah melihat ukiran-ukiran pada meriam Aceh yang lebih menarik dari pada ukiran pada meriam 'Lada sicupak' hadiah dari Sultan Turki. Ratu Belanda pun di masa kolonial mengenal dengan baik hasil tempahan emas Aceh," ujarnya kepada LintasAtjeh.com dalam pesan elektroniknya, Senin (11/09/2017).

Dijelaskan Ketua MAA perwakilan Jawa Barat ini, kalau proyek Sampah dan Tinja (TPA, IPLT dan IPAL) yang tidak ada preseden sejarahnya dan bahkan sangat bertolak belakang dengan citra Gampong  Pande, ternyata bisa mendapat anugerah kesuksesan dari Pemerintah Pusat. 

"Tentulah ide untuk mengembalikan marwah Gampong Pande dengan menjadikan kawasan tersebut sebagai historic, cultural, environmental dan sekaligus juga working waterfront, akan lebih berhasil karena disupport oleh Asoe Lhok dan masyarakat sekitarnya seperti nelayan Lampulo yang juga amat potensial untuk dibangun menjadi pelabuhan ikan yang handal dan memiliki fisherman wharf khas Aceh," terang Dr. Kamal Arif, IAI.

Namun untuk pembangunan fisiknya, kata Arsitek anggota IAI ini, kita juga harus mengingat warisan local wisdom dari Sultan ketiga yang memindahkan istana dari Gampong Pande ke Daruddunia (Keraton sekarang). Imaginasi futuristik Sultan Alaidin Mahmudsyah 800 tahun yang lalu, menjadi terbukti kehebatannya saat tsunami meluluhlantakkan Gampong Pande 26 Desember 2004, sementara terjangan ombak tsunami berhenti di kawasan keraton. 

"Seharusnyalah kawasan Gampong Pande ini tetap harus dipertahankan sebagai kawasan wisata kota pusaka yang dapat menginspirasi kebangkitan kembali komunitas craftmanship Aceh, dengan tetap mempertimbangkan bahaya tsunami di masa datang," ujarnya.

Dikatakannya lagi, sebagai Kawasan Heritage, Gampong Pande tidak alergi dengan pembangunan baru. Akan tetapi setiap fungsi baru yang akan dibangun di kawasan itu hendaknya serasi dengan nilai sejarahnya yang sangat signifikan.

"Kita dapat gunakan konsep 'infill structure: fitting the new buildings/facilities with old'. Sehingga segala bentuk pembangunan yang baru akan serasi dengan nilai-nilai sejarah dan aset-asetnya yang tersimpan di tempat itu. Untuk menghindari kecelakaan seperti yang terjadi pada proyek IPAL (lumpur tinja) yang menggusur Makam Ulama, sebaiknya peta rekonstruksi tata ruang di masa kesultanan segera dibuat," sebut Penulis buku Ragam Citra Kota Banda Aceh ini.

"Teknik scanning georadar dapat mempercepat proses pembuatan peta rekonstruksi kawasan Gampong Pande tersebut dengan disertai pembacaan sejarah dan ingatan kolektif warga setempat," tandas Dr. Kamal Arif, IAI.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini