-->








Peusaba: Tata Ruang Banda Aceh Harus Berpedoman Kepada Kebesaran Sejarah

28 September, 2018, 22.24 WIB Last Updated 2018-09-28T15:24:09Z

BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh, Mawardi Usman ikut hadir dalam acara Rencana Detail Tata Ruang Banda Aceh. Ketua Peusaba mengharapkan agar Banda Aceh dibangun berlandaskan sejarah dan menjaga situs budaya. 

Pemerintah dan rakyat Aceh harus mengerti bahwa tamu luar  datang ke Banda Aceh untuk melihat peninggalan Aceh di masa lalu. Wisatawan adalah aset penting untuk kemajuan Banda Aceh. 

"Peusaba mengaku miris melihat Taman Sari tempat permainan Sultan dan Putri masa lalu sudah penuh bangunan ini akhirnya jadi Gedung Sari bukan Taman Sari," ujarnya, Jum'at (28/09/2018).

Peusaba mengingatkan Taman Aceh dulu dikenal dunia.  Hampir semua pohon dan bunga-bungaan di seluruh dunia ada disitu. Peusaba mengharapkan agar bangunan di Taman Sari diratakan dan benar-benar jadi taman. 

Peusaba mengingatkan jangan sampai kawasan taman kota yang hijau jadi gedung. Peusaba juga tidak ingin kejadian pembangunan IPAL di kawasan makam ulama dan pembuangan sampah di  bekas istana terulang kembali. 

Mawardi Usman sempat mempertanyakan kenapa ruang terbuka hijau di kawasan Gampong Pande dan Gampong Jawa awal mula Islam di Banda Aceh menjadi kawasan IPAL.

"Makanya kedepan hal ini jangan terjadi lagi atau akan menimbulkan kemarahan seluruh rakyat Aceh. Makanya Peusaba mengharapkan pemerintah benar-benar serius dan ikhlas dalam melindungi sejarah Aceh.," pintanya.

Menurutnya, sudah cukup Belanda dan Jepang menghancurkan kebesaran sejarah Aceh. Janganlah anak cucu raja dan ulama pembela Islam juga menghancurkan makam mereka.

"Jika tetap dilakukan maka tunggulah nasib kita seperti kaum Rohingya yang tanpa negeri dibuang ke tengah laut lepas tanpa bangsa tanpa negeri," urai Mawardi.

Kami juga ingin apa yang dibangun dan direncanakan itu harus banyak memasukkan  lokal wisdom atau kearifan lokal Aceh di dalam  rancangan apa saja atau pembangunan apa saja. Dan, lanjut Mawardi, kami berharap kepada pimpinan kota maupun kecamatan dan gampong  yang ada di Banda Aceh agar benar-benar menjaga kearifan lokal itu.

"Soal jika kita ditanyai orang kita, kenapa harus benar-benar bagus  rancangan detail tata ruang Banda Aceh? Jawabnya karena Banda Aceh merupakan kebanggaan orang Aceh. Maka dari ini kita mesti melakukan yang terbaik untuk kita wariskan ke generasi berikutnya," tandas Mawardi.

Sementara Koordinator RKBA sekaligus Ketua Aceh Culture and Education, Aris Faisal Djamin, S.H, menyambut baik rencana Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menata kembali Kota Banda Aceh, baik itu RTH, cagar budaya dan lainnya. Akan tetapi, Pemerintah Kota Banda Aceh juga harus memperhatikan lokasi yang sudah masuk kedalaman RTH supaya jangan dilakukan kegiatan yang merugikan.

"Contohnya seperti TPA Gampong Jawa, daerah tersebut sudah dijadikan sebagai ruang terbuka hijau di wilayah Kota Banda Aceh. Di segi lain pula, Pemerintah Kota Banda Aceh merencanakan pembangunan PLTSa di tempat tersebut," sebutnya.

Lanjut dia, pada dasarnya PLTSa tersebut berbahan baku sampah, berarti janji yang sebelumnya untuk memindahkan TPA itu ke tempat lain tidak terealisasi. Ditambah pula daerah tersebut merupakan Cagar Budaya Titik Nol Kota Banda Aceh. 

"Nah permasalahan inilah yang harus benar-benar diperhatikan. Selebihnya Pemerintah Kota Banda Aceh sudah melakukan hal yang patut diberi apresiasi dalam penataan kota," tutup Aris Faisal Djamin, S.H.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini