-->

Kulzuma, Perempuan Rohignya Ini Suaminya Meninggal Dibunuh Budha

28 Mei, 2015, 18.35 WIB Last Updated 2015-05-28T11:35:31Z
Perempuan Rihingya sedang antri makan.(Foto: Dok)
ACEH TIMUR - Kulzuma Khatu masih berusia 18 tahun. Perempuan berwajah lonjong bermata bulat itu berbicara dengan cepat dan ekspresi datar.  Hassan Ali, 30 tahun, satu dari dua pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu menerjemahkan kata-kata Kulzuma pada Tempo. "Suaminya dibunuh kelompok Budha tahun lalu," kata Ali, Kamis, 28 Mei 2015.

Ali mengulang kembali cerita Kulzuma. Suaminya yang berusia, 20 tahun, sedang berada di masjid kampung di daerah Arakan, Myanmar, saat tragedi itu terjadi.

Sekelompok warga Budha mendatangi masjid dan menyuruh suami Kulzuma dan jemaah lainnya keluar. Umat Muslim itu bertahan, merasa berhak atas rumah ibadah mereka. Keteguhan itu berujung maut.

"Kepala mereka dipotong," ucap Ali. Tangannya memeragakan gerak memotong leher. Di sampingnya, Kulzuma menirukan gerak serupa. Dia juga menambahkan gerak memotong lengan serta kaki.

Tak cukup dengan membantai, kata Ali, kelompok Budha melanjutkan dengan membungihanguskan kampung Kulzuma. Rumah Kulzuma turut dibakar.

Usai peristiwa itu, Kulzuma dan anaknya yang berusia dua tahun diberi bantuan rumah oleh UNICEF. Dia tak betah di sana karena rasa takut dan was-was masih mengancam.

Kulzuma akhirnya memutuskan membayar pedagang manusia untuk membawanya ke Malaysia. Di sana, adik dan saudara Kulzuma telah membangun hidup lebih dulu. Sayang, bukannya membawa ke Malaysia seperti yang dijanjikan, kapal yang ditumpangi Kulzuma justru membuatnya terkatung-katung di lautan selama puluhan hari hingga dibawa ke pantai timur Aceh.

Kepada Ali, Kulzuma mengatakan tak ingin kembali ke kampung halaman. Dia hanya ingin meneruskan perjalanan ke Malaysia, bertemu saudaranya.

Ali mengatakan seratus persen pengungsi Rohingya asal Myanmar tak ingin dikembalikan ke sana. "10 persen ingin ke Malaysia," ujar Ali. "90 persen ingin tinggal di Indonesia karena di sini kami bahagia."[Tempo]
Komentar

Tampilkan

Terkini