-->

Elemen Sipil Apresiasi Kunjungan Gubernur ke Aceh Singkil

07 Juni, 2015, 23.21 WIB Last Updated 2015-06-07T16:21:09Z
Ketua SuRaDT, Delky Novrizal Qutni. (Foto: Dok)
ACEH SINGKIL - Solidaritas untuk Rakyat Daerah Terpencil (SuRaDT) dan Barisan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Singkil dan Subulussalam mengapresiasi kunjungan Gubernur Aceh ke kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam, pada Minggu, 7 Juni 2015. Dalam kegiatan Gubernur akan mengsyahadatkan lebih dari 150 orang Muallaf di Pesantren Perbatasan Danau Paris, Aceh Singkil.

“Kunjungan dr. H. Zaini Abdullah ini merupakan Gubernur pertama yang berkunjung ke daerah perbatasan ini sepanjang Indonesia merdeka, tentunya hal ini perlu kita apresiasi secara seksama,” demikian kata Ketua SuRaDT, Delky Nofrizal Qutni, kepada lintasatjeh.com, Ahad (7/6/2015).

Dua kabupaten /kota yakni Aceh Singkil dan Subulussalam merupakan daerah yang berbatasan langsung antara Aceh dengan provinsi Sumatera Utara. Selain daerah perbatasan langsung dua daerah ini merupakan tameng, sehingga perlu diberi perhatian khusus oleh pemerintah Aceh.

SuRaDT sebagai lembaga yang bergerak dalam mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan terpencil di Aceh, berharap kehadiran Gubernur tersebut dapat menjawab kerinduan rakyat Aceh Singkil untuk terbebas dari ketertinggalan. Sebagaimana diketahui bahwa Aceh Singkil merupakan salah saetu daerah tertinggal yang perlu diperhatikan.

”Berdasarkan hasil observasi kami selama 5 hari di kabupaten tersebut, pada dasarnya ada 6 aspek yang mestinya menjadi perhatian pemerintah di Kabupaten Aceh Singkil.  Keenam aspek tersebut merupakan indikator utama suatu kabupaten ditetapkan sebagai daerah tertinggal,” sebut Delky.

Keenam aspek tersebut pertama, insfrastruktur publik berupa insfrastruktur pendidikan yang sangat minim, sanitasi air bersih, rumah ibadah bagi kaum muslimin, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Kedua aksesibilitas publik, dimana jalan–jalan di kabupaten tersebut masih banyak yang rusak, seperti jalan penguhubung utama dari subulussalam –lipat kajang, gunung meriah-singkil. Masih terbatasnya sarana penunjang informasi seperti warnet, sehingga keberadaan Warung Informasi Masyarakat (WIM) sangat dibutuhkan.

Aspek yang ketiga adalah keterbatasan SDM terlihat dari tingginya angka melek huruf, jumlah lulusan perguruan tinggi yang masih minim, kualitas dan kuantitas tenaga pengajar yang masih terbatas dan berbagai hal yang menunjukkan masih rendahnya SDM di kabupaten tersebut. Keempat, Celah piskal yang diukur dari masih rendahnya pendapatan asli daerah, tentunya hal ini berbanding terbalik dengan cukup banyaknya perusahaan terutama disektor perkebunan yang beroperasi di Bumi Syekh Abdurrauf tersebut. Sehingga pemerintah perlu dilakukan langkah kongkret dalam meningkatkan jumlah PAD daerah tersebut.

Aspek kelima yaitu ekonomi masyarakat yang tergolong masih lemah, dapat dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan dan penganguran. Fakta lapangan menunjukkan rendahnya serapan tenaga kerja lokal diperkerjakan di perusahaan-perusahaan yang ada di Aceh Singkil. Sehingga perlu dilakukan penguatan ekonomi masyarakat melalui penguatan sentra produksi perkebunan dan perikanan, tekonologi tepat guna(TTG), padat karya produktif, pemberdayaan UKM dan Koperasi masyarakat, dan berbagai kegiatan peningkatan perekonomian masyarakat.

Aspek berikutnya adalah karakteristik daerah yang ditinjau dari tingginya kemungkinan bencana alam seperti banjir yang seakan menjadi bencana rutin yang menimpa beberapa kawasan di Aceh Singkil, misalkan teluk rumbia, rantau gedang, ujung bawang, beberapa gampong di gunung meriah dan kawasan lainnya.

Barisan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Singkil dan Subulussalam berterima kasih kepada Gubernur Aceh yang telah memenuhi salah satu janjinya untuk berkunjung ke Aceh Singkil dan Subulussalam sebagaimana disampaikan saat pertemuan dengan mahasiswa Aceh Singkil dan Subulussalam di Pendopo Gubernur tanggal 17 April 2015 silam. Kita berharap ini bukan kunjungan terakhir tetapi akan ada kunjungan-kunjungan berikutnya yang dilakukan dalam rangka menjaring langsung aspirasi masyarakat. Masyarakat Aceh Singkil dan Subulussalam sangat merindukan sentuhan tangan pemerintah Aceh dalam menjawab persoalan-persoalan masyarakat. Karena Aceh Singkil dan Subulussalam juga merupakan bagian dari Aceh yang sangat perlu diperhatikan.

"Kita berharap di akhir pemerintah Zikir ini ada sebuah pembangunan yang bersifat monumental di dua daerah tersebut seperti perguruan tinggi untuk penguatan  SDM, rumah sakit guna peningkatan layanan kesehatan masyarakat, dan Industri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakan dan pendapatan daerah."

Selain itu, kita juga mendesak pemerintah Aceh untuk segera mengevaluasi perusahaan-perusahaan perkebunan di Aceh Singkil dan Subulussalam secara terintegrasi. Dikarenakan selama ini perusahaan-perusahaan tersebut belum optimal dalam meningkatkan kesjahteraan masyarakat. Sebagai contoh kejelasan CSR perusahaan-perusahaan yang masih belum menyentuh masyarakat, dan masih minimnya penyerapan tenaga kerja local.

Padahal CSR tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan yang mesti dilaksanakan minimal 1% dari pendapatan bersih perusahaan sebagaimana diatur dalam pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Lingkungan Perseroan Terbatas serta ISO 26000, merupakan standar internasional dalam bidang Corporate Social Responsibility.

“Besar harapan kita dan seluruh masyarakat Aceh Singkil dan Subulussalam agar Pemrintah Aceh memberikan perhatian serius kepada 2 daerah tersebut, sehingga kami tidak merasa seperti orang asing di negeri sendiri. Kita siap mendukung segenap kebijakan pemerintah Aceh dalam mewujudkan percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di kabupaten Aceh Singkil dan kota Subulussalam,” katanya.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini