-->

Liyong: Bupati Aceh Timur Harus Luruskan Soal Kinerja Ala Mafia

16 Juni, 2015, 12.58 WIB Last Updated 2015-06-16T13:16:36Z
ACEH TIMUR – Pertemuan yang tidak direncanakan jadi saat yang luar biasa bagi awak media, pada Senin sore (15/6) di sebuah pondok penyedia gorengan pinggir jalan lintas nasional tepatnya kawasan Peureulak Barat Aceh Timur.

Belum pun datang gorengan yang dipesan tiba-tiba dihampiri oleh seorang laki-laki dengan memperkenalkan diri sebagai mantan kombatan dan menanyakan apa benar kami dari salah satu media. Dalam hati, entah dari mana dia bisa yakin dengan tebakannya, hingga dia minta untuk diwawancarai.

Sambil menikmati gorengan pada sore yang mendung itu, dia memperkenalkan diri dan berdiskusi panjang lebar tentang kesejahteraan ekonomi. Kemudian yang terpenting, menurutnya saat ini menyikapi issu Bupati Aceh Timur yang memotong 10% setiap proyek APBK saat ini. Berdasarkan informasi beberapa media membuat dia ingin menyikapinya, jika benar ada maka penegak hukum harus mengusut dan Jangan diam. Jika dia seorang pemimpin yang bersih, transparan dan tidak alergi dengan kritikan, maka bupati harus meluruskan informasi kalau "Bupati Aceh Timur saat ini bukan lagi bekerja ala mafia" sebagaimana Roky sendiri katakan beberapa hari yang lalu.

Nah, mengenai siapa sosok kombatan yang mengajak media ini berdiskusi, mungkin publik Aceh Timur khususnya masih ingat dengan Ilyas Abdurrahman (41) atau yang lebih dikenal dengan sapaan Liyong sebagai nama sandi masa pergerakan. Dia salah satu mantan TNA yang paling dicari oleh pihak keamanan paska setahun perjanjian damai MoU Helsinky, akibat aksinya melawan hukum.
Tidak elokpun kita ceritakan lagi kronologis dulu karena semua sudah selesai, yang ingin saya bahas saat ini adalah kondisi tata kelola pemerintah masih sangat jauh dari harapan masyarakat.

"Walau segi pembangunan boleh kita katakan menonjol namun segi perubahan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari pembangunan itu belum terlihat dan itu dapat diukur," sindir mantan kombatan yang pernah mendampingi masyarakat gampong tahun 2010, melalui program Local Governance Innovations For Communities In Aceh (Logica2) bantuan teknis Australia untuk beberapa gampong sebagai pilot project di Aceh Timur.

Diakhir wawancara dia kembali menegaskan, kepala SKPD jangan takut dan harus menjalankan tugas sesuai tupoksi dan aturan yang berlaku, jangan takut atau dapat diatur oleh rekanan, jika itu terjadi maka hasil pekerjaan kontraktor pasti tidak maksimal.

Liyong yang sehari-harinya bekerja sebagai petani berharap bupati harus memberikan keleluasaan kepada perangkat kerjanya agar lebih maksimal menjalankan program kerja.

Namun yang terjadi sekarang proyek di setiap dinas dikendalikan oleh bupati, informasinya jelas walau pihak dinas menutup-nutupinya, maka pernyataan Roky dulu mafia sekarang berubah patut dipertanyakan. Apakah wilayah kerja mafia yang berubah atau sikapnya," tutup Liyong dengan sedikit emosi dan kecewa.[r]
Komentar

Tampilkan

Terkini