-->

Misteri Wanita Berkumis

02 Juni, 2015, 16.02 WIB Last Updated 2015-06-02T09:02:25Z
IST
Anda sudah bolak-balik waxing ke salon untuk menghilangkan bulu-bulu tipis di atas bibir, tapi terus saja tumbuh. Anehnya, tak hanya di atas bibir, tapi juga di bawah dagu, rahang, bahkan di dada. Bukan hanya itu, Anda pun harus pikir-pikir seribu kali dulu untuk pakai rok, apalagi rok mini. Pasalnya, betis mulus Anda ditumbuhi bulu yang lumayan lebat, bahkan agak keriting, seperti betis pria dewasa. Kalau ada yang iseng nyeletuk, “Wanita, kok, kakinya berbulu…,” Anda pun gemas setengah mati. Iiih, rasanya kepingin nendang!

Tapi, mengapa hanya segelintir wanita saja yang mengalami kondisi ini? Sebenarnya, apa, sih, penyebabnya? Benarkah wanita dengan kondisi seperti ini bakal sulit punya momongan?

ULAH HORMON ANDROGEN

Sebagai wanita, tentu Anda merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut. Tapi, jangan hanya mencari pemecahan ke salon, cobalah cek ke dokter. Setelah menjalani tes darah, mungkin Anda bisa mendapatkan jawaban yang jelas.

Selama ini, jika bicara soal hormon reproduksi wanita, mungkin yang langsung terlintas di benak Anda adalah estrogen, yaitu hormon utama wanita, yang salah satu tugasnya adalah untuk mematangkan sel telur. Sedangkan pada pria, hormon utama yang berperan adalah androgen, atau dikenal juga sebagai hormon seks (testosteron). Namun, bukan berarti wanita tidak memilikinya. Dalam tubuh wanita juga terdapat hormon androgen, meski jumlahnya hanya sedikit sekali.

Menurut androlog dr. Anita Gunawan MS. Sp. And. dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, hormon androgen memainkan peran penting dalam pengaturan fungsi tubuh wanita, baik sebelum, selama, maupun sesudah menopause. Hormon inilah yang memicu tumbuhnya rambut di ketiak dan pubis saat dimulainya masa puber pada gadis remaja.

Selain itu, androgen juga diperlukan wanita dalam proses pembentukan estrogen, sekaligus memainkan peran penting dalam men-cegah pengeroposan atau hilangnya massa tulang (osteoporosis), mempertahankan gairah seks (libido), dan menyeimbangkan mood.

Bedanya, bila pada pria hormon androgen diproduksi di testis dan anak ginjal (kelenjar yang menempel di atas ginjal), maka pada wanita hanya diproduksi di anak ginjal. Jenis dan jumlahnya juga berbeda. Pada wanita, kadar hormon androgen hanya boleh ada maksimal 10% dibanding pada pria. Jadi, bila pria memproduksi hormon androgen sekitar 6-8 mg per hari, maka wanita seharus-nya hanya memproduksi kurang dari 0,5 mg per hari. Kadarnya sulit dinyatakan dengan pasti, karena nilainya berfluktuasi, tergantung pada usia, siklus haid, dan status menopause wanita yang bersangkutan.

Tapi, dalam hal apa pun, apabila kekurangan atau berlebihan, tentu ada efek negatifnya. Jika tubuh seorang wanita memproduksi hormon pria tersebut secara berlebihan, maka tak perlu heran bila kondisi fisiknya pun menjadi cenderung maskulin (antara lain: berkumis, tumbuh bulu-bulu berlebihan di beberapa bagian tubuh, berbadan kekar). Wanita yang mengalami kelainan hormonal seperti ini biasa disebut wanita androgenik. Namun, untuk memastikan kondisi ini, dibutuhkan tes darah di laboratorium.

SULIT PUNYA MOMONGAN

Meski kelainan androgen bisa terjadi pada wanita di segala usia, tidak semua wanita bisa mengalaminya. Pasalnya, faktor terbesar penyebab kelainan ini adalah genetis alias keturunan. Ingin tahu lebih lanjut? Simak tanya jawab bersama dr. Anita berikut ini:

1 Selain karena genetis, adakah penyebab lain kondisi ini?

Memang ada beberapa faktor lain.Misalnya, adanya tumor di indung telur atau ke-lenjar adrenal. Selain itu, terlalu banyak/sering mengonsumsi obat-obatan yang mengandung steroid, atau punya kebiasaan berolahraga berlebihan, juga dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon androgen pada wanita.

2 Ada kaitannya dengan gaya hidup sehari-hari?

Secara tidak langsung, makanan tidak memengaruhi peningkatan produksi androgen. Tapi, bila Anda berprofesi sebagai atlet, personal trainer, atau maniak olahraga, kebiasaan ini bisa membuat kadar androgen meningkat tajam.

3 Ada mitos, wanita yang banyak bulunya,
punya libido tinggi. Benarkah?

Bila sudah didiagnosis sebagai wanita androgenik akibat kelebihan androgen, dalam hal ini testosteron (hormon seks pada pria), Anda memang bisa memiliki libido lebih tinggi ketimbang wanita yang tingkat androgennya normal.

4 Berbahayakah bila tidak ditangani?

Kondisi ini tidak membahayakan kesehatan tubuh. Hanya, sering kali wanita merasa tidak nyaman, karena menganggap dirinya kurang feminin, sehingga mencari berbagai cara untuk mengatasinya.

5 Benarkah wanita androgenik susah memiliki momongan?

Dengan meningkatnya hormon androgen, otomatis produksi estrogen dalam tubuh wanita jadi berkurang. Mau tak mau kondisi itu akan berpengaruh pada siklus haidnya, termasuk terganggunya proses ovulasi. Padahal, ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang sudah matang dari ovarium, untuk dibuahi sperma. Ketika ovulasi tidak terjadi, maka tidak ada sel telur yang bisa dibuahi sperma. Akibatnya, proses kehamilan pun sulit terjadi.

6 Adakah jenis makanan/minuman yang dapat menghambat produksi androgen pada wanita?

Tidak ada jenis makanan/minuman –termasuk teh herba– yang bisa memengaruhi kondisi ini. Setidaknya, belum ada penelitian ilmiah yang sudah membuktikan hal itu.

7 Benarkah pil KB bisa menghambat produksi hormon androgen?

Benar. Kandungan Cyproteron Acetate (CPA) yang terdapat pada pil KB dapat membantu mereka yang memiliki gangguan hiperandrogen. Normalnya, CPA mengatur hormon estrogen dan progesteron (hormon reproduktif) dengan cara menghambat produksi alami estrogen dan progesteron dalam ovarium, sehingga proses pertumbuhan dan pelepasan folikelnya terhambat.

Di sisi lain, pil KB juga dapat mengatur hormon androgen dengan cara memblokir efek androgen, sehingga dapat mencegah timbulnya jerawat dan bintik-bintik hitam di wajah.

8 Adakah terapi untuk mengatasi masalah ini?

Perlu diketahui, gangguan hormon androgen tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikontrol dengan menggunakan obat-obatan atau suplemen hormon tertentu. Memulihkan tubuh yang terganggu akibat ketidakstabilan hormon tentu membutuhkan waktu yang berbeda-beda pada setiap orang, sesuai dengan derajat keparahannya.

Jika Anda rutin mengonsumsi obat-obatan yang mengandung steroid, sebaiknya hentikan. Selain itu, bagi atlet atau maniak olahraga yang ingin punya momongan, sebaiknya cuti berolahraga dulu.

Sebab, olahraga yang berlebihan dapat memacu produksi androgen. Dokter pun terkadang memerlukan kerja sama dengan sejumlah spesialis lain untuk membantu pengidap hiperandrogen agar kembali ke kondisi femininnya. Mereka yang mengalami dampak hiperandrogen berupa kegemukan, tentu diperlukan saran dari ahli gizi.[feminaonline]
Komentar

Tampilkan

Terkini