-->

Petani Garam di Aceh Utara Mengeluh

10 Juni, 2015, 23.19 WIB Last Updated 2015-06-10T16:21:17Z
IST
LHOKSUKON -  Petani garam di Kecamatan Lapang dan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara mengeluh seiring harga jual garam yang semakin murah.

Petani menjual garam kepada pengepul dengan harga Rp3000 per bambu (1,5 kg). Sekali produksi, setiap petani hanya mampu menghasilkan 40 kg garam, sedangkan biaya sekali produksi menghabiskan dana lebih kurang Rp100 ribu.

Ketua Kelompok Tani Garam Kecamatan Lapang, Junaidi Yahya, mengatakan harga Rp3000 per bambu telah berlangsung lebih kurang selama empat bulan, sebelumnya harga garam Rp5000. Diperkirakan, harga turun disebabkan produksi garam semakin meningkat dikarenakan cuaca mendukung. Namun, harga tersebut menurutnya tidak sebanding dengan biaya produksi. 

“Biasanya harga naik ketika cuaca penghujan, pada kondisi tersebut, petani garam sedikit memproduksi garam. Kita harapkan pemerintah menampung garam milik petani lokal, sehingga harga akan mahal,” ujarnya.

Selain mengeluhkan harga, sedikitnya 80 jiwa petani garam di kecamatan Lapang juga keluhkan mahalnya harga kayu bakar untuk membuat garam, yaitu Rp15 ribu sekali produksi.

“Harga kayu bakar dibeli Rp15 ribu sekali produksi garam, itu belum bahan lain untuk membuat garam," ucap petani  garam itu kepada lintasatjeh.com, Rabu (10/6/2015)

Selain  harga dan kayu bakar, petani garam di Lapang juga kewalahan untuk megangkut air asin untuk dijadikan garam, petani terpaksa membuat parit di lokasi tempat produksi garam, kadang kadang air tidak cukup, sehingga kami mengharapkan pemerintah membangun satu bendungan kecil untuk menampung air sehingga petani-petani tidak repot mengangkut air.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini