-->

Tak Hanya Jokowi, Obama pun Dikritik saat Berseragam Militer

19 Juni, 2015, 08.36 WIB Last Updated 2015-06-19T01:39:10Z
JAKARTA - Tak hanya Presiden Joko "Jokowi" Widodo, ternyata Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun pernah dikritik lantaran mengenakan seragam tentara pada 2010. Saat itu, Obama, yang juga mantan senator Illinois, melakukan kunjungan mendadak ke Afganistan.

Politisi Partai Demokrat yang mengenakan seragam Angkatan Udara itu pun dikritik secara halus kemiliter-militeran. Hal tersebut juga disebut sebagai blunder politik

"Saya tak mengatakan bahwa presiden sebagai military wannabe; Saya tak mengatakan bahwa presiden berlagak. Saya hanya mengatakan bahwa ia presiden, terlepas apakah ia mengetahui atau tidak, telah mengaburkan pembedaan yang sangat penting antara warga sipil yang dipilih secara demokratis, panglima militer, dan anggota militer yang diperintah olehnya atas nama rakyat," kata William Astore, seorang profesor di Pennsylvania College of Technology dan juga pensiunan AU berpangkat kolonel, di blog-nya di Huffington Post.

Astore mengatakan, presiden, jabatan publik tertinggi di AS, harus berada di atas semuanya, termasuk militer. Hal ini ditegaskan di dalam konstitusi negara tersebut.

"Jadi, ketika presiden bertemu dengan tentara kita, dia harus mengenakan pakaian sipil. Karena, itulah dia sesungguhnya, seorang sipil yang sangat khusus," lanjut Astore.

Astore meminta semuanya untuk mengesampingkan ilusi ala Hollywood bahwa seorang presiden harus berparade seperti pilot pesawat tempur.

"Ini bukanlah setting Hari Kemerdekaan. Dan bukan pula sebuah sesi foto," katanya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengenakan seragam militer Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) lengkap dengan baret hijau di kepalanya, saat menerima kedatangan pengurus pusat Muhammadiyah, Selasa (16/6/2015) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Pengamat politik dan pertahanan, Salim Said, pun mengkritik hal tersebut.

"Meski beliau sipil, beliau pemegang kekuasaan tertinggi tentara. Jadi dengan pakaian sipil pun tentara menghormati beliau," ujar Salim.

Kritikan juga disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik.

"Saat Jokowi berbaju militer di Istana dan menerima tamu, ia bukan cuma menggelikan. Ia secara memalukan memamerkan keterbatasan pengetahuannya," kata Rachland dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/6/2015).

Rachland menjelaskan, Presiden adalah entitas sipil. Itu sebabnya, setiap anggota militer yang mau berpolitik atau ingin menjadi presiden harus melepaskan keanggotaannya dari militer.

"Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata justru harus berbaju sipil. Itu simbol paling tegas dari civil supremacy dalam demokrasi," ucap dia.

Terkait hal ini, anggota Tim Komunikasi Kepresidenan, Teten Masduki, mengatakan, Presiden terpaksa mengenakan seragam militer demi efisiensi waktu.[Kompas]
Komentar

Tampilkan

Terkini