IST |
Oleh
Mahdi Idris
Lihatlah
sepanjang jalan ini
lubang
tanpa penggali
debu-debu
bersayap
memasuki
sarang awan.
Anak
sungai lahir dari pori-pori musim
mengaliri
maut baru
mengetuk
pintu dari rumah ke rumah;
bertamu
tanpa salam.
Lihatlah
kota kami
jatuh
bangun dalam mimpi
siang
malam adalah bayangan suram
berjalan
meretas waktu sendiri
kami
tetap sungai tanpa muara.
Gas
perbarel harga tinggi, untuk siapa?
jika
mata air berpancar dari lubang jalan
jelma
ngarai di musim gersang.
Baiklah,
hapus
saja peta kota kami
dalam
catatan subsidi
kehidupan
kami tetap makmur
meski
bukan engkau penabur benih.