Aula Andika Fikrullah Albalad |
ACEH BESAR - Januari 2004
menjadi tahun yang kelam bagi Aula Andika Fikrullah Albalad. Saat
usianya baru 11 tahun, ia harus menjadi anak yatim. Ayahnya, Ridhwan Kr
Is meninggal dunia direnggut konflik Aceh pada waktu itu.
Namun kematian ayahnya tidak menimbulkan
sedikit pun dendam dalam hatinya. Sebaliknya, Aula kecil tumbuh menjadi
anak yang cerdas. Dibimbing ibunya, ia besar dan meraih segudang
prestasi. Tahun 2014 lalu, ia dinobatkan sebagai Raja Baca Provinsi Aceh.
Kontras dengan Aula menjadi Raja Baca Provinsi Aceh, sang
ibu, Siti Sarimah, justru sama sekali tidak bisa membaca. Ibunya, Siti
Sarimah, dulunya tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
“Ayah saya menjadi salah satu korban
konflik Aceh, beliau meninggal dalam konflik. Ibunda saya, adalah
seorang perempuan yang tak pernah mengecap indahnya bangku pendidikan,
beliau buta akan baca dan tulis,” ujar Aula kepada VIVA.co.id. Minggu, 26 Juli 2015.
Putra bungsu almarhum Ridhwan dan Siti
Sarimah itu dinobatkan sebagai Raja Baca Aceh pada September 2014 oleh
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Anak muda ini berhasil mengalahkan 98
pesaingnya yang mengikuti seleksi untuk memperoleh gelar tersebut.
Sang ibu, menjadi motivator utama Aula.
Mereka tinggal di kawasan Lampasi Engking, Kecamatan Darul
Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Kesehariannya, sang ibu, Siti Sarimah
adalah seorang penjual sayur. Ia tidak menyangka kalau hidup dalam
kesederhanaan, anaknya mampu meraih segudang prestasi.
“Ibu saya menjadikan kekurangannya
sebagai kekuatan untuk menjadikan kami anak-anaknya untuk berprestasi.
Dengan keringat dan kasih sayang, ibu membesarkan kami hingga saya bisa
meraih banyak prestasi,” kata Aula.
Sebenarnya, pada tahun 2004 tersebut tak
cuma ayahnya yang menjadi korban konflik. Dua bulan setelah kepergian
ayahnya, abang kandung Aula juga ikut menjadi korban kekejaman konflik.
Lalu pada Desember tahun itu, kakak Aula kemudian menjadi korban ketika
tsunami terjadi.
“Tahun itu (2004) tiga orang keluarga
saya meninggal dunia. Ayah dan abang karena konflik, kemudian kakak saya
karena tsunami,” kata Aula mengenang ayah dan keluarganya.
November nanti, Aula baru akan berusia 21
tahun. Saat ini ia masih kuliah semester 7 di program studi Pendidikan
Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. Ia tercatat sebagai penerima beasiswa bidik misi dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI).
Selain sebagai Raja Baca, Aula juga
mengoleksi sejumlah prestasi lainnya. Pada Mei 2014 lalu, Aula berhasil
menjadi salah satu delegasi Aceh pada kegiatan Indonesia Youth Forum di
Wakatobi Sulawesi Tenggara. Disana, ia dianugerahi sebagai Duta
Promosi Pariwisata Kabupaten Wakatobi dengan masa kerja 2014-2016.
Ia juga tercatat sebagai peserta terpilih
pada Paris Model United Nation, Mumbai Model United Nation, dan
Entreprenuer Winter School yang masing-masing perhelatan tersebut
diselenggarakan di Prancis, India, serta Hong Kong.
Tahun 2015, ia juga menjadi salah satu peserta Gerakan Mari Berbagi (GMB). Kemudian ia juga dinobatkan sebagai runner up duta wisata Aceh Besar tahun 2015.[Viva]