-->




Hahahaha! Dikira ke Toilet, Bacalon Wawali Surabaya Kabur

04 Agustus, 2015, 12.51 WIB Last Updated 2015-08-04T05:51:12Z
SURABAYA - Pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Surabaya, Dhimam Abror-Haries Purwoko gagal melakukan pendaftaran karena sebab yang menggelikan.

Calon pesaing paslon dari PDIP yang juga petahana (incumbent) Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana itu mendadak kabur dari gedung KPU dan menghilang pada menit-menit terakhir batas pendaftaran pukul 16.00 kemarin.

Akibat kegagalan pendaftaran paslon Abror dan Haries, warga Surabaya tidak bisa mengikuti pencoblosan serentak pemilihan wali kota yang dijadwalkan 9 Desember mendatang.  

Selain itu, Risma harus meletakkan jabatan wali kota bulan depan, September. Sebab, masa jabatannya habis. Selanjutnya, kota terbesar kedua di Indonesia tersebut harus dipimpin pejabat sementara yang ditunjuk Gubernur Jawa Timur Soekarwo sampai pilkada serentak berikutnya diadakan pada Februari 2017.

Peristiwa yang terjadi kali pertama sejak pilkada diselenggarakan itu semakin menguatkan dugaan bahwa tak ada calon dari partai politik yang berani bertarung secara fair dengan petahana.

Lebih jauh lagi, partai politik (parpol) juga gagal memenuhi tugasnya yang paling mendasar, yakni memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dan menciptakan kader pemimpin yang berkualitas. Parpol juga mengabaikan dampak kekosongan pemerintahan yang menghambat pembangunan di daerah. Sebab, pejabat sementara yang ditunjuk gubernur dilarang membuat keputusan strategis sampai ditetapkan kepala daerah baru hasil pemilihan.

Pantauan Jawa Pos, sebelum insiden memalukan itu, tidak terlihat hal yang ganjil dan aneh. Abror dan Haries datang bersamaan pada pukul 15.55 atau lima menit sebelum pendaftaran ditutup pada pukul 16.00. Mereka mengenakan baju putih-putih dan peci hitam. Lazimnya prosesi pendaftaran paslon di daerah-daerah lain, suasana ramai dan meriah.

Kantor KPU dipenuhi para kader serta pengurus dari PAN dan Partai Demokrat. Dua partai itu memang pengusung Abror-Haries. Sore itu terlihat pula sejumlah anggota Pemuda Pancasila (PP). Haries memang pimpinan Pemuda Pancasila Surabaya.

Saat masuk ke Kantor KPU Surabaya, Abror-Haries sempat berjabat tangan dengan Ketua DPC PDIP Surabaya Whisnu Sakti Buana. Saat ditanya tentang maksud keberadaannya di kantor KPU, Whisnu mengaku sedang ada wawancara dengan sebuah stasiun TV.

Setelah berbasa-basi singkat dengan pasangan Risma itu, Abror-Haries dan rombongannya bergegas ke lokasi pendaftaran di lantai 3 kantor KPU. Ketika petugas KPU memeriksa berkas-berkas, mereka berdua duduk manis bak pengantin.  

Namun, keganjilan mulai terjadi saat Haries tiba-tiba keluar dari ruang pendaftaran sekitar pukul 16.30. Orang-orang mengira ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Surabaya itu hanya akan pergi ke toilet. Tapi, setelah hampir sepuluh menit berlalu, Haries ternyata tidak kunjung kembali ke ruang pendaftaran.  

Padahal, pemeriksaan oleh staf KPU terhadap berkas yang telah disiapkan PAN dan Demokrat sudah rampung. Termasuk formulir B-3 yang berisi kesepakatan parpol dengan pasangan calon. Plt Ketua DPC Partai Demokrat Hartoyo dan sekretarisnya, Junaidi, sudah membubuhkan tanda tangan. Begitu pula Ketua DPD PAN Surabaya Surat dan sekretarisnya, Anang S.

Abror, yang menjadi calon wali kota, juga sudah membubuhkan tanda tangan pada formulir B-3 tersebut. Nah, saat itulah diketahui, di formulir dua lembar tersebut belum ada tanda tangan Haries. Begitu mengetahui bahwa pasangannya tak kunjung kembali, Abror terlihat bingung.

Dia berusaha beberapa kali menelepon dan mengirim pesan melalui ponselnya. Setelah sekitar 15 menit menunggu, Abror dengan wajah pucat beranjak dari kursinya, ikut-ikutan keluar dari ruangan dan memutuskan untuk meninggalkan Kantor KPU Surabaya.[jpnn]
Komentar

Tampilkan

Terkini