Ketua Acheh Future Razali Yusuf bersama wartawan |
LHOKSUKON - Kinerja Pemeritah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat
Aceh (DPRA) dikritisi. Kritikan itu diharapkan pemerintah dapat melihat apakah
pembangunan tersebut sudah bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Kritik
itu hendaknya dipandang sebagai pelecut pelaksanaan program sekaligus
memberikan signal apakah program tersebut benar-benar bersentuhan dengan
harapan masyarakat," demikian kata Ketua Lembaga Acheh Future, Razali
Yusuf, kepada lintasatjeh.com, Sabtu (19/9/2015).
Razali
menambahkan, seharusnya Pemeritah Aceh dan DPRA berterimakasih atas kritikan
tersebut, sebab dengan adanya kritikan masyarakat dapat menilai bahwa pelaksanaan
program-program yang telah dijalankan saat ini benar-benar terarah. Jika
mengalami kendala, pemerintah bisa mengajak lembaga-lembaga yang sering muncul
di publik untuk diajak duduk dan mencari solusi bagaimana baiknya dalam
menjalankan roda pemeritahan kedepan.
"Bukan
malah menuding bahwa LSM, wartawan dan lembaga sipil lainnya hanya bisa mengkritik,"
ucap yang akrab disapa Cek Li.
Menurut
Razali, bila pun mereka tidak ingin dikritik, maka jangan duduk di kursi yang
menjadi sorotan publik. Sebab, sebagai pejabat publik harus siap dengan segala
risiko apapun terutama dalam hal penilaian baik kinerja, prilaku dan hal lainnya.
Razali
pun mencohtohkan seperti yang pernah dialami beberapa hari lalu. Seorang dewan
menelponnya menyampaikan kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan dari seorang
wakil rakyat.
"Dikritik
kok malah dianggap menentang, aneh!" katanya.[pin]