IST |
JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) mengkritik pemerintah Arab Saudi
lalai menjamin keselamatan jemaah haji menyusul musibah crane jatuh di Mekkah
dan tragedi di Mina. Lagi pula, insiden di Mina sudah lima kali terjadi dan
Saudi seolah tak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya.
NU
menuding pemerintah Saudi tak sungguh-sungguh meningkatkan pelayanan haji,
tetapi lebih sibuk menghancurkan atau menggusur situs-situs sejarah yang
berhubungan dengan Nabi Muhammad. Kerajaan Saudi malahan sibuk membangun
proyek-proyek besar yang justru tampak sebagai berhala baru di zaman modern.
"Mereka
membangun berhala baru seperti jam raksasa Big Ben dan tower, mengganggu
kekhusyukan jemaah ber-thowaf (satu rukun haji mengelilingi Ka'bah). Padahal
dalam manasik, thowaf adalah totalitas khusyuk dan taqorrub (mendekat) kepada
Allah," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU, Helmy Faishal Zaini,
melalui keterangan tertulis kepada VIVA.co.id pada Sabtu, 26 September 2015.
Menurut
Helmy, kerajaan Saudi membangun Mekkah dan Madinah hanya memanjakan bisnis, dan
tidak membangun kota dengan peradaban tinggi. Artefak, situs sejarah, dan
tempat bersejarah Nabi dihilangkan dengan alasan dianggap musyrik alias
menyekutukan Tuhan. Justru menara-menara yang dibangun tidak menunjukkan hormat
kepada Ka'bah sebagai Baitullah.
Dia
memprotes kebijakan Saudi yang kontradiktif sebagai donatur pengembang ajaran
Wahabi tapi mereka memuja dan bersekutu dengan Barat. "Sementara cinta
yang teramat cinta kepada Barat, menjadi sekutu Amerika, mendukung satu
kelompok untuk berperang angkat senjata, apalah artinya ini."
Keluarga
kerajaan Saudi selama ini menganut paham Islam Wahabi sejak keluarga al-Saud
berkuasa pada abad ke-19. Penguasa Saudi sejak lama menolak melestarikan
peninggalan-peninggalan Nabi di Masjidil Haram karena beralasan bisa
menimbulkan syirik terhadap Allah.
Helmy
mengajak umat Islam memanjatkan doa dan bersimpati kepada korban dan keluarga
korban. "Semoga para pencinta Rasulullah akan datang melakukan koreksi
total dan menjaga serta merawat sejarah, peradaban luhur Mekkah dan
Madinah," katanya.
Situs sejarah
Dikutip
dari laman resmi NU, Nu.or.id, yang melansir laporan Gulf Institute, sebanyak
95 persen bangunan yang berumur seribu tahun di Mekkah dan Madinah telah
dihancurkan dalam 20 tahun terakhir.
Di
Masjidil Haram Makkah, tempat paling suci bagi umat Islam, sekarang dibayangi
Jabal Omar, sebuah kompleks pengembangan apartemen pencakar langit, hotel dan
sebuah menara jam yang sangat besar.
Untuk
membangunnya, pemerintah Saudi menghancurkan benteng Ajyad yang berdiri sejak
era Ottoman dan bukit yang ada di sekitarnya. Bangunan bersejarah lain yang
hilang meliputi tempat kelahiran Rasulullah, yang sekarang menjadi
perpustakaan, dan rumah Khadijah, istri pertama Nabi, yang sekarang menjadi
toilet publik sebagaimana dilaporkan The Independent.
Sampai
sekarang, pembangunan di Madinah masih sedikit lebih terkendali dibandingkan di
Mekkah, meski sejumlah situs awal Islam telah hilang. Dari tujuh masjid yang
dibangun untuk memperingati perang Khondaq atau perang parit, satu peristiwa
yang cukup menentukan dalam sejarah perkembangan Islam, kini hanya tersisa dua.
Sepuluh
tahun lalu, sebuah masjid cucu Rasulullah dihancurkan dengan dinamit. Gambar
penghancuran masjid yang diambil secara rahasia menunjukkan para polisi agama
merayakan keruntuhan tempat bersejarah itu.[Viva]