-->









 





Hindari Pemimpin Berwatak Tengkulak dan Bersifat Tirani

30 Maret, 2016, 10.26 WIB Last Updated 2016-03-30T03:26:30Z
IST
Dari Danau Sentani di Papua hingga Danau Laut Tawar di Aceh, keheningan dan kearifan 'air' masih tersisa membasahi sanubari setiap penghuni bumi yang mendiami persada nusantara, Indonesia tercinta. 

Manusia yang dihidupkan di bumi nan kaya akan sumber daya alamnya, namun sayangnya telah begitu banyak yang mengidap penyakit amnesia dan khilaf. Manusia yang dikatakan sebagai pelaku sejarah, namun telah banyak lupa tentang darimana dirinya berasal dan kemana pula dirinya harus melabuhkan tujuan. 

Bahkan tidak sedikit pula manusia yang lupa tentang bagaimana 'cara' membangun hubungan dengan sesama manusia dan sesama mahluk lainnya serta dengan Tuhan-nya, Sang Maha Pencipta. 

Manusia yang tak jarang terseret dalam pusaran subyektifitas diri dengan cara 'Men-Tuhankan' asumsi, egoisme, eksklusifisme, kroni, jabatan, keluarga, dan lainnya. Sementara wilayah iman, ilmu, dan amal kepada 'Tuhan' telah digusur, dikambinghitamkan, dan dinaifkan sehingga melahirkan manusia-manusia bermental 'tengkulak' dan bersifat 'tirani.' 

Ingat! Jika manusia telah tumbuh dan berkembang menjadi 'pemimpin' yang bermental tengkulak serta bersifat tirani maka sangat gampang menjadikan rakyatnya sebagai budak yang tidak ubahnya seperti kantong basah yang terus menerus dikuras, juga diperas supaya konstruksi kekuatannya habis tak berdaya.

Begitu juga yang akan dilakukan terhadap berbagai potensi sumber daya alam di negeri ini. Baik berupa pasir, habitat laut, kekayaan hutan dan sebagainya, dikalkulasi secara matematis tentang nilai keuntungannya, kemudian dijual kepada sindikat-sindikat global ataupun kepada oknum-oknum permodalan.

Oleh karenanya, sudah saatnya para pemuda dan pemudi sebagai agen perubahan (agent of the change) kehidupan untuk bangun dari tidurnya dan segera bersatu merapatkan barisan, lalu berusaha mengambil peran yang lebih besar dalam menggerakkan roda pemerintahan agar para anak bangsa dari komunitas jelata, seperti kaum buruh, tani dan nelayan, tidak terus-terusan menjadi objek dari para birokrasi serta pemimpin berwatak tengkulak yang kerap bersekongkol dengan kaum kapitalis atau pemilik modal. 

Mari kobarkan api pergerakan! Jadilah pejuang sejati dari jiwa yang suci dan siap menggulingkan sang pemimpin yang berwatak tengkulak dan bersifat tirani dalam upaya membebaskan negeri ini dari tangan-tangan yang serakah, sebab kehidupan yang sesungguhnya tidak berhak untuk dihayati, tetapi harus dihadapi dengan pemberontakan dan perlawanan (Albert Camus). 

Namun yang perlu dipahami dan dihayati juga, apa yang di sampaikan oleh Robert F. Kennedy, bahwa kemajuan merupakan kata merdu, tetapi perubahanlah sebagai penggeraknya dan perubahan itu mempunyai banyak musuh.

Kaum muda harus berani dan mampu untuk berfikir serta bertindak maju, bersatu dan berjuang secara bersama demi perubahan nasib rakyat yang ditindas, diperas, dihisab tanah dan darahnya dari setan-setan sejarah, feodalisme, kapitalisme, imprealisme.

Perlu menghayati juga apa yang di sampaikan oleh Panglima Sudirman, bahwa tidak ada kemenangan jika tidak ada kekuatan, tidak ada kekuatan jika tidak ada persatuan, tidak ada persatuan jika tidak ada keutamaan, dan tidak ada keutamaan jika tidak ada kesucian jiwa, sebab pengetahuan revolusioner dan kecakapan mengabil sikap revolusioner membutuhkan kesucian jiwa.

Tak mungkin merubah begitu saja jika kita acuh dan tak mau berusaha. Tak ada perjuangan yang sia-sia, yakinlah penindas pasti binasa. Janganlah kita sibuk bersuara seperti seorang pemimpin tanpa makna, mulutnya berbusa sedangkan tangannya yang hitam bergentayangan kemana saja. Mereka pandai bersilat lidah dan menyembunyikan tangannya yang penuh noda. 

Pemimpin harus sejalan dengan apa yang di katakan oleh Amas Mahmud, bahwa sudah saatnya cita-cita kesuksesan digantikan dengan cita-cita pengabdian agar wisata kemiskinan, ketertindasan, dan ketidakberdayaan yang berdampak pada gerakan radikalisme di negeri ini ditutup oleh pelakunya sendiri, bukan mencegahnya.

Yuk, hening cipta sejenak. Ingat, pada tahun 2017 nanti kita akan diperhadapkan dengan sebuah mumentum bersejarah, yakni pesta demokrasi yang akan digelar di setiap daerah kabupaten/kota dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pemilihan Bupati-Wakil serta Walikota-Wakil. 

Sudah saatnya kaum muda sebagai ujung tombak sekaligus pemegang tombak, berani untuk katakan 'tidak' kepada memimpin yang 'berwatak tengkulak dan bersifat tirani.'

Setiap usaha pasti akan sampai jika kita yakin!

Penulis: Faruk Umasangadji
Komentar

Tampilkan

Terkini