LHOKSUKON
- Puluhan hektar area (ha) sawah di dua kecamatan yakni Kecamatan Lhoksukon dan
Cot Girek dilanda kekeringan. Petani khawatir dikarenakan dengan kondisi ini
bisa mengakibatkan gagal tanam dan gagal panen.
“Di sini tidak ada
irigasi. Sejak dulu warga turun ke sawah mengandalkan hujan. Hal itu memang
kerap merugikan, mengingat sebulan saja hujan tidak turun maka sawah akan
kering kerontang. Seperti halnya saat ini kami gagal tanam,”
kata Abdullah, Sekdes Gampong Beurandang Dayah, Kecamatan Cot Girek, kepada
wartawan, Senin (26/4).
Disampaikannya,
saat ini kondisi tanah sawah mulai retak. Tanaman padi yang baru disemai juga
mulai menguning. Menurutnya, hal serupa juga dialami petani desa tetangga
lainnya. “Lihat saja tanah sawah yang retak itu. Bahkan tanaman
padi yang baru disemai pun mulai menguning. Mau bagaimana lagi, resiko ini
selalu dialami petani setiap tahunnya. Entah sampai kapan desa ini tak ada irigasinya,”
ujar Abdullah sambil menunjuk sawah yang retak.
Sementara
itu, Ismail, Geuchik Gampong Cot U Sibak, Kecamatan Lhoksukon secara terpisah
menyebutkan, di desanya terdapat 80 Ha sawah petani yang gagal panen. “Sejak
Maret lalu sudah memasuki musim panen. Namun apa hendak dikata, banyak padi
yang tidak jadi alias gagal panen karena kering dan menguning sebelum waktunya.
Ini terjadi karena kemarau, sementara sawah hanya mengandalkan tadah hujan,”
ucapnya.
Para
petani di Kecamatan Lhoksukon dan di Kecamatan Cot Girek sudah lama merasakan
kondisi seperti itu. Lebih-lebih dikawasan tersebut tidak ada irigasi, sehingga
petani kesulitan untuk mendapatkan air. [Jamal]