-->








Tinggalkan Topeng Kita, Beranikah?

30 April, 2016, 14.47 WIB Last Updated 2016-04-30T07:47:01Z
IST
Hidup adalah 'Perjuangan' yang terkadang kita sendiri tidak pernah tahu tentang bentuk perjuangan seperti apa yang akan kita lakukan. Namun yang pasti, bisa atau tidaknya kita melewati semua permasalahan yang menyapa kita, tergantung dari diri kita sendiri dalam menyikapi permasalahan tersebut.

Ketika kita berada pada satu titik kedilemaan, di dalam diri kita selalu berusaha berfikir untuk membuat pilihan. Padahal, tidak ada pilihan. Sekalipun ada, semua pilihan itu hanyalan sebagian dari beban yang harus kita pikul di atas pundak kita.

Banyak yang bisa kita lihat dari orang – orang yang berjuang 'hidup' demi kenyataan untuk menemukan jati diri atau kebahagiaan. Mereka menghapus semua ego mereka, gengsi mereka demi kenyataan hidup yang menyedihkan. Mandiri, uang, dan kebahagiaan yang mereka cari adalah motivasi dalam hidup mereka.

Tapi sayangnya, semua itu tidak terjadi pada semua orang. Banyak orang–orang yang merasa enggan untuk melepaskan 'TOPENG' dari wajah mereka walaupun hanya sekedar untuk melihat ke suasana yang ada di sekitar mereka. Atau hanya sekedar menunjukan diri bahwa "Inilah Aku yang sebenarnya."

Mereka terlalu naif untuk melepaskan topeng mereka walaupun hanya untuk sesaat. Bahkan, ada kesan bahwa topeng sudah menjadi bagian yang penting dalam diri mereka, terlalu identik dan melekat erat pada diri mereka.

Lantas, akankah kita selalu hidup dan bersembunyi menutupi borok/kudis di balik topeng kehidupan yang sesunggungnya? Sadarkah kita, bahwa tanpa tersadarkan kita telah memakai topeng itu dalam hidup kita sendiri. Kapan kita harus melepaskan 'DIA' dari hidup kita sendiri. Haruskah kita mengenakannya sampai kita MATI?

Kita harus tahu tentang kehidupan ini. Karena ketika kita merontak tak terlepas, terjerat kuat, lemah dalam ikatan dan menjerit ketakutan serta tertawa seperti orang gila. Lalu itu apa, kalau bukan dampak dari topeng kehidupan?

Maka, marilah kita bersama-sama melepaskan topeng kita. Karena kita bukan boneka–boneka mati yang diam mencekam dalam layar ruang dimensi. Hidup bukan seperti 'Boneka Barbie' yang selalu tampak sempurna dan terlepas dari topeng kehidupan.

Tapi, kita insan yang utuh dan berani berjuang sempurna dalam hidup tanpa harus mengenakan topeng kehidupan dalam kerasnya roda dunia yang berputar. Inilah saatnya kita menentukan sikap, karena ini hanyalah akan menimbulkan hal-hal yang negatif.

Aku adalah aku, karena kita hanya satu. Aku adalah aku, walau sulit menentang hidup. Jangan biarkan 'DIA' menggerogoti jati diri kita lagi, karena kita harus terlepas dari topeng kita, agar kita tidak terus bersembunyi malu di balik angkara dan menjadi orang yang munafik.

Seperti apa yang kita lihat di sekitar kita. Musisi jalanan yang berani membuka topengnya dan menjadi diri sendiri demi mendapatkan uang untuk menyambung hidup yang keras. Alunan biola mengiringi kepedihan hati dan petikan gitar menyentuh jiwa. Mereka tidak malu dengan profesi mereka, karena dalam fikiran mereka hanya penyambung hidup.

"Untuk apa gengsi kalau kita masih lapar! Dan makan saja kita masih seperti jadwal puasa Senin – Kamis"

Bukankah harusnya kita salut dengan kalimat itu. Namun, tidak sedikit juga orang-orang yang masih nekad memakai topeng kehidupan demi untuk kelihatan sempurna di mata orang yang memandangnya. Sadarkah mereka yang menatap akan  jijik kepada mereka (musisi jalanan) yang lebih terhormat daripada mereka yang sebenarnya mereka sendiri terpuruk dalam kerasnya kehidupan? Selalu merasa pedih dan terasing dari dunia ini.

Mereka boleh bergelimang harta dan kita boleh kekurangan materi. Tapi, satu hal! Orang kaya itu tidak selalu berharga dan merasakan kebahagiaan yang sempurna. Tapi inilah hidup yang harus kita lalui dengan wajah yang penuh dengan senyuman. Atau malah sebaliknya, yakni dengan wajah yang cemberut. Itu semua tidak bisa di pungkiri dalam hidup yang kelam ini.

Marilah kita bangkit bersama, tinggalkan topeng kita dan mulailah menjadi diri sendiri, karena itu jauh lebih indah daripada kita harus terus menggunakan topeng dusta.[petualangan hidup]
Komentar

Tampilkan

Terkini