![]() |
IST |
Hidup adalah 'Perjuangan'
yang terkadang kita sendiri tidak pernah tahu tentang bentuk perjuangan seperti
apa yang akan kita lakukan. Namun yang pasti, bisa atau tidaknya kita melewati
semua permasalahan yang menyapa kita, tergantung dari diri kita sendiri dalam
menyikapi permasalahan tersebut.
Ketika kita berada pada
satu titik kedilemaan, di dalam diri kita selalu berusaha berfikir untuk
membuat pilihan. Padahal, tidak ada pilihan. Sekalipun ada, semua pilihan itu
hanyalan sebagian dari beban yang harus kita pikul di atas pundak kita.
Banyak yang bisa kita
lihat dari orang – orang yang berjuang 'hidup' demi kenyataan untuk menemukan
jati diri atau kebahagiaan. Mereka menghapus semua ego mereka, gengsi mereka
demi kenyataan hidup yang menyedihkan. Mandiri, uang, dan kebahagiaan yang
mereka cari adalah motivasi dalam hidup mereka.
Tapi sayangnya, semua itu
tidak terjadi pada semua orang. Banyak orang–orang yang merasa enggan untuk
melepaskan 'TOPENG' dari wajah mereka walaupun hanya sekedar untuk melihat ke
suasana yang ada di sekitar mereka. Atau hanya sekedar menunjukan diri bahwa
"Inilah Aku yang sebenarnya."
Mereka terlalu naif untuk
melepaskan topeng mereka walaupun hanya untuk sesaat. Bahkan, ada kesan bahwa
topeng sudah menjadi bagian yang penting dalam diri mereka, terlalu identik dan
melekat erat pada diri mereka.
Lantas, akankah kita
selalu hidup dan bersembunyi menutupi borok/kudis di balik topeng kehidupan
yang sesunggungnya? Sadarkah kita, bahwa tanpa tersadarkan kita telah memakai
topeng itu dalam hidup kita sendiri. Kapan kita harus melepaskan 'DIA' dari
hidup kita sendiri. Haruskah kita mengenakannya sampai kita MATI?
Kita harus tahu tentang
kehidupan ini. Karena ketika kita merontak tak terlepas, terjerat kuat, lemah
dalam ikatan dan menjerit ketakutan serta tertawa seperti orang gila. Lalu itu
apa, kalau bukan dampak dari topeng kehidupan?
Maka, marilah kita
bersama-sama melepaskan topeng kita. Karena kita bukan boneka–boneka mati yang
diam mencekam dalam layar ruang dimensi. Hidup bukan seperti 'Boneka Barbie'
yang selalu tampak sempurna dan terlepas dari topeng kehidupan.
Tapi, kita insan yang utuh
dan berani berjuang sempurna dalam hidup tanpa harus mengenakan topeng
kehidupan dalam kerasnya roda dunia yang berputar. Inilah saatnya kita
menentukan sikap, karena ini hanyalah akan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Aku adalah aku, karena
kita hanya satu. Aku adalah aku, walau sulit menentang hidup. Jangan biarkan
'DIA' menggerogoti jati diri kita lagi, karena kita harus terlepas dari topeng
kita, agar kita tidak terus bersembunyi malu di balik angkara dan menjadi orang
yang munafik.
Seperti apa yang kita
lihat di sekitar kita. Musisi jalanan yang berani membuka topengnya dan menjadi
diri sendiri demi mendapatkan uang untuk menyambung hidup yang keras. Alunan
biola mengiringi kepedihan hati dan petikan gitar menyentuh jiwa. Mereka tidak
malu dengan profesi mereka, karena dalam fikiran mereka hanya penyambung hidup.
"Untuk apa gengsi
kalau kita masih lapar! Dan makan saja kita masih seperti jadwal puasa Senin –
Kamis"
Bukankah harusnya kita
salut dengan kalimat itu. Namun, tidak sedikit juga orang-orang yang masih
nekad memakai topeng kehidupan demi untuk kelihatan sempurna di mata orang yang
memandangnya. Sadarkah mereka yang menatap akan
jijik kepada mereka (musisi jalanan) yang lebih terhormat daripada
mereka yang sebenarnya mereka sendiri terpuruk dalam kerasnya kehidupan? Selalu
merasa pedih dan terasing dari dunia ini.
Mereka boleh bergelimang
harta dan kita boleh kekurangan materi. Tapi, satu hal! Orang kaya itu tidak
selalu berharga dan merasakan kebahagiaan yang sempurna. Tapi inilah hidup yang
harus kita lalui dengan wajah yang penuh dengan senyuman. Atau malah
sebaliknya, yakni dengan wajah yang cemberut. Itu semua tidak bisa di pungkiri
dalam hidup yang kelam ini.
Marilah kita bangkit
bersama, tinggalkan topeng kita dan mulailah menjadi diri sendiri, karena itu
jauh lebih indah daripada kita harus terus menggunakan topeng
dusta.[petualangan hidup]