-->

Politik Dua Kaki Pilkada Aceh

28 Agustus, 2016, 00.36 WIB Last Updated 2016-08-27T17:42:27Z
IST

SELINTAS kedengarannya hampir sama antara politik dua kaki dan politik berkaki dua. Tapi kalau dipelototi secara semantik, kedua frasa itu beda. Politik dua kaki adalah kiasan, sindiran, frasa itu konotatif. Sedangkan frasa politik berkaki dua, lebih bersifat denotatif, apa adanya sesuai makna.

Secara denotatif, politik memang bisa berkaki dua, berkaki empat, berkaki enam atau bahkan berkaki seribu. Politik berkaki dua adalah politik yang dimainkan oleh manusia, politik berkaki empat politik yang dimainkan oleh binatang berkaki empat, politik berkaki enam politik serangga, sedangkan politik berkaki seribu adalah politik hewan berkaki seribu.

Politik dua kaki beda. Politik dua kaki adalah kiasan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dalam problematika kehidupan politik masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pragmatisme sempit politik kekuasaan. Koalisi yang merupakan cerminan kepentingan bersama partai politik, dalam politik dua kaki terbangun sangat rapuh dan longgar. Koalisi yang terbentuk tidak akan pernah bersifat permanen. Dalam kondisi koalisi yang demikian, dukungan anggota koalisi setiap saat bisa terbelah tanpa membubarkan ikatan koalisi
Mau politik dua kaki, empat kaki, seribu kaki, silahkan. Gitu aja koq repot
Beberapa catatan dalam lembar sejarah kontemporer bangsa kita, dapat kita lihat, demi kepentingan tertentu, sebuah partai politik akan menerapkan strategi khusus dengan memberikan dukungan kepada dua calon presiden, kendati tidak secara terbuka tapi mudah terbaca.

Lalu bagaimana dengan politik dua kaki di Aceh, akan kah diterapkan oleh partai-partai pengusung kandidat dalam Pilkada Aceh 2017. Sepertinya jelas terlihat, beberapa partai sedang memerankan skenario ini, dimana secara partai mendukung salah satu kandidat tapi beberapa kader dan pengurus ada yang secara tegas berlawanan mendukung kandidat lain dan ada juga kader yang secara diam-diam dan senyap menjadi pendukung setia kandidat yang berbeda dengan yang didukung partainya.

Ini menjadi menarik, sebut saja Muntasir Hamid salah satu tokoh Partai Golkar Aceh secara tegas bersikukuh dan siap dipecat demi komitmennya mendukung Mualem (Muzakir Manaf). Kemudian ada juga Ketua DPW PKB Aceh yang secara terbuka ‘tanda kutip’ menentang keputusan DPP PKB Muhaimin Iskandar, juga untuk mendukung Muzakir Manaf. Padahal Sekjen DPW PKB Aceh hadir pada konferensi pers dan deklarasi Pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Demikian juga petinggi DPP PKB Lukman Edy hadir untuk memberikan orasi politik pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah di Gedung Tertutup Taman Budaya di Banda Aceh, Kamis (25/8/2016) kemarin.

Namun perlu diingat, keputusan partai adalah final apabila kandidat yang bersangkutan mendapat dukungan resmi dengan secarik kertas ber’kop’ partai serta tanda tangan ketua umum dan sekjend distempel sesuai ketentuan partai. Tergantung kepintaran “Sang Kancil Politik” untuk mendapatkan dukungan partai secara otentik.

Jadi, sepertinya politik dua kaki adalah bagian dari strategi, tak ada yang aneh. Yang harus menjadi fokus perhatian adalah sejauh mana hak-hak politik rakyat terakomodasi secara adil. Sebab sesungguhnya politik haruslah bermuara pada terlaksananya dengan baik tata kelola pemerintahan. Tata kelola pemerintahan yang baik  yang dilandasi dengan kejujuran akan menjamin kebutuhan dasar rakyat tepenuhi secara adil dan bijaksana. Mau politik dua kaki, empat kaki, seribu kaki, silahkan. Gitu aja koq repot.[Red/Riaupos]
Komentar

Tampilkan

Terkini