JAKARTA -
Siapa tak kenal Mukidi, sosok imajinernya bikin heboh, namun belum tentu kenal
dengan penciptanya. Tribunnews berhasil mewawancarai, sosok di balik munculnya
Mukidi, Sabtu (27/8/2016).
Melalui sambungan telepon
Soetantyo Moechlas (62) bersuara ramah mulai menceritakan kisahnya bersama
Mukidi. Ia tak menyangka Mukidi membuatnya bak selebriti.
Sekitar beberapa hari ini
ia sibuk menerima wawancara wartawan bahkan setelah mengemuka dan viral soal
humor Mukidi, di kondangan geger. Ia banyak dimintai untuk foto bersama,
berbeda sebelum Mukidi jadi fenomena ia tak pernah diserbu untuk foto bersama.
Soetantyo yang saat ini
disibukkan dengan menulis menjelaskan telah tiga buku diciptakan dari sosok
imajiner humor Mukidi. Ia tak menyangka Mukidi membuatnya bak selebriti. Sekitar
beberapa hari ini ia sibuk menerima wawancara wartawan bahkan setelah mengemuka
dan viral soal humor Mukidi, di kondangan geger. Ia banyak dimintai untuk foto
bersama, berbeda sebelum Mukidi jadi fenomena ia tak pernah diserbu untuk foto
bersama.
Soetantyo yang saat ini
disibukkan dengan menulis menjelaskan telah tiga buku diciptakan dari sosok
imajiner humor Mukidi. Pada tahun 2012 lalu ia mengaku ditemui Deddy Mizwar dan
seorang sutradara bernama Titien Wattimena (kepeda Tribunnews Soetantyo mengaku
ia agak lupa dengan nama sutradara ini, ia menyebut: kalau tidak salah).
Oleh Deddy Mizwar dan sang
sutradara Soetantyo mengaku diminta untuk membuat script atau naskah untuk film
terkait humor Mukidi. Namun karena ia mengaku cukup sulit untuk merangkai kisah
humor yang telah ia tulis menjadi cerita yang panjang akhirnya film tersebut
batal.
"Saya memang membuat
cerita Mukidi pendek-pendek agar gampang gongnya, kalau dibuat film sulit,
karena kalau film agak panjang," ujarnya melalui sambungan telepon.
Meski demikian setelah
ditanya bila ada yang kembali menawarinya untuk mengangkat kisah Mukidi di
layar lebar, Soetantyo mengaku siap dan ini merupakan tantangan baru untuknya.
"Saya siap, saya
tertantang ini, sesuatu yang baru. Memindahkan kisah tertulis menjadi visual.
Menampilkan sebuah cerita yang disampaikan secara live," jelasnya.
Saat ini Soetantyo sedang
memperbaiki naskah-naskah humor yang telah ia buat sebelumnya. Sebuah publiher
telah menghubungi dan mau lihat materi miliknya.
"Saya udah kirim
email, tapi saya mau edit dulu, masih banyak bahasa vulgar dan ada juga yang
agak porno mau saya hilangkan dulu. Dulu asal masukin saja ke blog,"
jelasnya.
Soetantyo mengakui
kisah-kisah humor yang ia tulis tak melulu karya darinya. Ia yang menciptakan
sosok Mukidi kemudian kisah-kisah yang beredar ia adaptasikan. Ia mengisahkan,
berawal dari rekan yang membantu membuatkan sebuah blog yakni
ceritamukidi.wordpress.com, lalu cerita-cerita Mukidi ia posting di situ.
"Saya diajari caranya
masukin materi, secara telaten beberapa kali
lama-lama jadi banyak," imbuhnya.
Kenapa bisa viral dan jadi
fenomena? Soetantyo mengaku ia tak bisa menjawab secara pasti, namun ia menduga
berawal dari broadcast lalu tersebar. Dan banyak yang mencari di Google dengan
mengetik Mukidi lalu menuju ke blog miliknya yang dibuat sejak Agustus 2012. Ia
menyadari kisah-kisah humor yang beredar ada yang bersumber dari blog miliknya
namun ada juga yang berbeda.
"Bahasanya beda
sekali, bahasanya agak vulgar. Cara bertuturnya beda," jelas dia.
Humor Mukidi yang beredar
di group messenger saat ini tak sedikit yang mengulang kisah-kisah humor lama
dengan tokoh berbeda namun sengaja diganti tokohnya menjadi Mukidi.
Ia pun memberikan contoh
satu cerita karyanya. Cerita asli darinya membuat orang harus berpikir lalu
tertawa.
"Ada kisah Mukidi
pulang dari Cilacap naik bis malam Sinar Jaya.
Masuk Jakarta Cikampek, sopir ngebut penumpang pada tidur semua."
"Suatu kali sopir
ngantuk lalu tiba-tiba ngerem mendadak, semua penumpang pada benjol dahinya
karena terbentur bangku di depannya."
"Sebelah Mukidi ada
ibu-ibu, kok hidung berdarah kenapa tadi? Tanya Mukidi.
Si ibu menjawab, tadi
saya ngupil."
Kisah humor Mukidi karya
Soetantyo memang khas, bahasanya diatur, tidak vulgar dan mengajak pembaca
berpikir.
Seperti sebuah kisah yang
Tribunnews ambil dari blog miliknya.
Mobil yang ditumpangi
Mukidi, Wakijan dan Samingan mogok di tengah persawahan jauh dari sana-sini,
tengah malam pula. Tidak ada orang atau satu
mobilpun yang lewat untuk
dimintai pertolongan. Mereka memutuskan untuk bermalam di situ.
Tiga bersahabat itu
kemudian berjalan mencari tempat penginapan di sekitar itu. Setelah berjalan
cukup jauh mereka akhirnya sampai di sebuah rumah petani pemilik peternakan
sapi.
“Selamat malam pak,” sapa
Mukidi,”mobil kami mogok, boleh kami menumpang bermalam?”
“Selamat malam,” jawab
orang tadi,“maaf saya hanya petugas jaga di rumah ini, yang punya rumah sedang
kondangan ke kota, jadi saya tidak bisa memberi ijin…”
“Tolong deh pak, kami bisa
tidur dimana saja koq,” sambung Wakijan yang sudah kepenatan.
“Wah bagaimana ya,
paling-paling saya hanya bisa mengijinkan bapak-bapak tidur di kandang sapi,
kalau mau.”
Singkat kata mereka yang
sudah kelelahan luar biasa itu setuju. Mereka lalu diantar menuju kandang sapi
dan memilih tempat masing-masing di atas tumpukan jerami.
“Hoahm… aku gak bisa
tidur…” keluh Mukidi, “lapar…”
“Aku juga gak bisa tidur
kalau lapar gini, makan siang tadi cuman sedikit…” sahut Wakijan.
“Bagaimana kalau kita
minum susu sapi saja?” Samingan tiba-tiba punya ide brilian.
Mereka serempak setuju,
lalu mengendap-endap di dalam kandang yang gelap itu.
“Hmmmm… lezat sekali susu
sapiku… “ celetuk Mukidi, “kenyang aku dibuatnya…”
“Susu segar dari sapiku
juga membuatku kenyang,” sahut Wakijan.
“Susu sapiku, isinya koq
cuman sedikit ya?” kata Samingan, “rasanya juga aneh…”
“Cari puting yang lainnya
dong, puting yang itu mungkin sudah kosong…” kata kedua sahabatnya.
“Tapi puting sapiku cuman
satu,” jawab Samingan masih bingung, “panjang pula ukurannya…”
Pasti agak berpikir
sebentar lalu ngakak bukan?
Itu sebuah contoh karya
Soetantyo humor yang mengajak pembaca berpikir lalu tertawa ngakak. Menunggu
karya Soetantyo? Sabar ya sebentar lagi buku terbarunya akan hadir dan siapa
tahu ada produser film yang tertarik bawa Mukidi ke layar lebar. Kita tunggu saja, yang
jelas Soetantyo sudah siap dan mengaku tertantang.[Tribunnews]