-->

Kisruh Gedung PKRI, Ini Komentar Pedas Warga Aceh hingga Papua

06 September, 2016, 00.59 WIB Last Updated 2016-09-05T18:03:23Z

IST
JAKARTA – Badan Keamanan Laut (Bakamla) dengan diback-up oleh oknum Kepala Biro Umum Sekretariat Negara RI melakukan eksekusi terhadap Gedung Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) pada Selasa, 30 Agustus 2016, sekira pukul 08.00 Wib. Terkait kasus yang lebih tepat disebut penyerobotan dan pengrusakan di Gedung PKRI tersebut, oknum Kabiro Umum Setneg Piping Supriatna telah dilaporkan secara resmi ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya oleh Ketua Lembaga Negara Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (LN-PKRI) dengan bukti laporan polisi nomor: TBL/4164/VIII/2016/PMJ/Dit Reskrimum.

Menanggapi kasus yang amat membahayakan bagi eksistensi Proklamasi 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu, berbagai tanggapan keprihatinan muncul dari rakyat di berbagai tempat di nusantara. Nada kecewa, kesal, marah, dan siap turun membela Proklamasi 17 Agustus 1945 yang sedang terancam itu datang dari beragam kalangan, seperti rektor, purnawirawan, seniman, mahasiswa, bangsawan, dan para pemuda, tersebar dari Aceh hingga Papua.

Berikut adalah beberapa respon keprihatinan dari warga Bangsa Indonesia atas kasus penyerobotan dan pengrusakan Gedung Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.

“… Saya lihat negara sudah tidak hadir lagi. Sudah sewenang-wenang (terhadap Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia). Trims” (Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Sc, Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh).

“Saya amat prihatin, oknum Setneg bisa menggunakan alat kekuasaan, tidak mengedepankan budaya dan nilai-nilai Pancasila dalam mengambil Gedung PKRI yang merupakan salah satu simbol Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan pembentukan NKRI,” (Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, mantan Kepala Staf Angkatan Laut RI).

“Ingsun Raja Caruban Nagari sangat mendukung langkah-langkah hukum yang diambil oleh ketua LN-PKRI Prof. DR. Irwanul Latubual dan Ingsun sarankan sebaiknya Ketua dan seluruh pengurus LN-PKRI segera memasuki dan menempati kembali dan memfungsikan kembali Gedung Pola PKRI sebagaimana mestinya, jangan sampai dikuasai oleh pihak lain yang tidak berhak dan tidak berkewenangan dalam gedung bersejarah tersebut, terimakasih selamat berjuang Salam… satu nagari MERDEKA…!!!” (YM Raja Caruban Nagari, Cirebon).

“Kerajaan Toraja siap turun di lapangan menyampaikan tuntutannya (mengembalikan Gedung PKRI kepada para Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia), dan menyatakan sikap…” (YM Andi Rustam, Perdana Menteri Kerajaan Toraja, Sulawesi Selatan).

“Terimakasih sudah bertahan dan berjuang… Tetap semangat… Tetap berjuang sampai akhir… Rupanya sejarah tidak bernilai, perjuangan tidak berharga uuntuk dihormati oleh oknum pejabat, karena gedung sejarah lebih bernilai dengan duit daripada moral bangsa yang dilandasi rela berkorban demi tetap tegaknya NKRI. Demi sebuah cita-cita tulus bagi bangsa ini, selalu ada jalan sekali pun di gurun tandus.” (Benony Rechuel Wafumilena, Tokoh Adat Sarmi, Papua).

“Langkah yang akan ditempuh Kerajaan Toraja (turun ke jalan menyatakan sikap dan tuntutan) perlu segera diikuti dan didukung.” (YM Bahaudin Thonti, Bangsawan Bugis Makassar)

“Setuju (turun ke jalan menyatakan sikap dan tuntutan) secepatnya, saya mau turun demo, kebetulan sudah lama gak demo.” (Yana Achbari, Artis Film Senior Indonesia – Jakarta)

“Semoga Tuhan memberikan yang terbaik kepada kita untuk memerangi keangkuhan dan kebiadaban di negeri yang kita cintai ini.” (Iwayan Sudama, Pengacara – Jakarta)

“Eksekusi itu dilakukan berdasarkan surat keputusan pengadilan, bukan atas dasar surat Setneg atau lembaga lainnya. Jadi ini sesuatu yang sangat aneh, mau dibawa kemana hukum kita kalau seperti ini, setiap lembaga atau pihak tertentu bisa melakukan eksekusi seenaknya tanpa proses hukum di pengadilan?” (Jelani Christo, Ketua LBH Mandau Borneo Keadilan – Pontianak).

“Semoga kebenaran segera terungkap..!” (Max Fredik Werinussa, Anak Adat Sarmi, Papua)

“Kita lihat di media dan di mana-mana Satpol PP, Polri, TNI sebagai aparat negara mereka sudah tidak bisa lagi melindungi dan memberikan rasa aman kepada rakyat… mereka berani menindas, menggusur bahkan mengusir paksa rakyat, apalagi para pejuang dan perintis kemerdekaan… seharusnya mereka berfikirlah yang jernih (tanpa rakyat tidak adanya sebuah negara dan tanpa para pejuang dan perintis kemerdekaan maka tidak adanya perebutan kemerdekaan Indonesia dari penjajah). Bersatu kita lawan atau diam tertindas#” (Azhar Nasser, mahasiswa dan aktivis HMI, Bireun, Aceh).

“Ada indikasi oknum pejabat di Setneg melakukan manuver menghilangkan jejak “tipikor” penyewaan Gedung Pola yang disentil beberapa waktu lalu dengan mendepak LN-PKRI. Semoga terkuak kebobrokan pejabat Setneg lewat upaya hukum tim kita, selamat bertugas Pak Prof. Irwannur dan Tim Hukum. God bless all.” (Benony Rechuel Wafumilena, Tokoh Adat Sarmi, Papua).

Saatnya TENTARA kembali bersama seluruh RAKYAT, untuk menggusur PEMERINTAH NKRI yang sudah menjadi PENJAJAH BANGSA SENDIRI, karena sudah berkolaborasi denang asing dan menjadi KACUNG ASING di negerinya sendiri… MARI SELAMATKAN BANGSA DAN NEGARA DARI TANGAN PENGHIANAT melalui KEKUATAN TENTARA DAN RAKYAT…!!! (Herman Soekarna, Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia)

Gedung Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan bangsa, sebuah bangunan tua yang semestinya dijaga kesakralannya, kelestariannya, jangan sampai jatuh ke tangan kapitalis, neo-kolonialis dan liberalis yang ingin menghancurkan bangsa dan NKRI melalui penghancuran sejarah anak negeri ini.[KOPI]
Komentar

Tampilkan

Terkini