IST |
JAKARTA -
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia
mempertanyakan motif gugatan yang dilakukan sekelompok orang mengtasnamakan
warga Rembang, JawaTengah, terhadap keberadaan pabrik Semen Indonesia di
wilayahnya.
Menurut dia, apakah
gugatan penolakan yang dilakukan warga benar-benar karena persoalan lingkungan
dan tidak sesuai mekanismenya atau adanya motif lain ditunggangi oleh
kepentingan bisnis.
"Saya melihat masalah
Semen Indonesia di Rembang tidak semudah seperti yang disuarakan masyarakat
penolak saja. Saya kenal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo adalah orang yang
cakap. Saya merasa ada indikasi dari kelompok bisnis lain yang memanfaatkan atas
nama rakyat untuk menguasai semen di Indonesia," tutur Bahlil, di Jakarta,
Kamis (10/11/2016).
Bahlil mengungkapkan, bila
memang indikasi tersebut benar, maka kalangan pelaku usaha nasional dan
Pemerintah Indonesia harus menjaga asetnya dari hal tersebut.
"Semen Indonesia itu
kan BUMN, milik negara. Jangan sampai nantinya kita terjebak oleh provokasi
yang ditunggangi kepentingan bisnis lainnya dengan memanfaatkan rakyat,"
ujar Bahlil.
Sebelumnya, Mahkamah Agung
(MA) pada 5 Oktober lalu telah mengabulkan gugatan sekelompok orang
mengatasnamakan warga Rembang. Materi gugatan terkait izin lingkungan pabrik
Semen Indonesia di Rembang.
Dia berpendapat, jika
memang ada masalah lingkungan seperti yang disampaikan warga dalam gugatannya,
maka bisa dilakukan upaya mencari solusi bersama mana saja yang bisa
diselesaikan. Menurut Bahlil, sebenarnya sejak awal dapat dibicarakan antara
warga penolak dan pihak Semen Indonesia mengenai apa yang menjadi sumber
masalah.
"Jangan langsung main
tabrak saja, gugat sana sini. karena mungkin saja diduga ada yang menunggangi.
Bisa dibicarakan agar pabrik Semen Indonesia tetap beroperasi dan warga tidak
dirugikan," kata Bahlil.
Bahlil menyayangkan jika
nantinya pabrik Semen Indonesia di Rembang gagal beroperasi, maka dapat saja
membuka peluang pihak swasta menggantikan posisi BUMN yang merupakan milik
negara. Dia meminta agar pemerintah berpihak pada kepentingan ekonomi nasional
sebab rakyat juga akan sejahtera dengan terlaksananya industri milik negara.
"Dampak lainnya dengan
adanya kasus Semen Indonesia di Rembang, apalagi sampai terhambat, akan
mengganggu target investasi. Saya berharap masalah yang dialami Semen Indonesia
adalah yang pertama dan terakhir untuk industri BUMN," ujar Bahlil.
Kabarnya, pabrik Semen
Indonesia telah merampungkan proses pembangunan mencapai 95 persen dan
diharapkan tahun 2017 telah bisa beroperasi. Pabrik Semen Indonesia menempati
areal lahan seluas 55 hektar dan diperkirakan mampu berproduksi hingga 130
tahun.
Investasi pabrik Semen
Indonesia di Rembang mencapai Rp 4,5 triliun dan mayoritas dimiliki oleh bangsa
Indonesia.[Rls]